Jesus Our Yearning!

28 Februari 2015

Hari biasa Pekan I Prapaskah (U)

Bacaan I: Ulangan 26:16-19
16 "Pada hari ini TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan ini; lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu.
17 Engkau telah menerima janji dari pada TUHAN pada hari ini, bahwa Ia akan menjadi Allahmu, dan engkau pun akan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada ketetapan, perintah serta peraturan-Nya, dan mendengarkan suara-Nya.
18 Dan TUHAN telah menerima janji dari padamu pada hari ini, bahwa engkau akan menjadi umat kesayangan-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu, dan bahwa engkau akan berpegang pada segala perintah-Nya,
19 dan Ia pun akan mengangkat engkau di atas segala bangsa yang telah dijadikan-Nya, untuk menjadi terpuji, ternama dan terhormat. Maka engkau akan menjadi umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu, seperti yang dijanjikan-Nya."

Injil: Matius 5:43-48
43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?
48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

RENUNGAN
Kasihilah musuhmu
“Engkau telah menerima janji dari pada Tuhan pada hari ini, bahwa Ia akan menjadi Allahmu, dan engkau pun akan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada ketetapan, perintah serta peraturan-Nya, dan mendengarkan suara-Nya” (Ul 26:17).

Bacaan dari Kitab Ulangan, mengajak kita untuk melakukan segala sesuatu dengan setia, dengan segenap hati, dan dengan segenap jiwa kita secara pribadi. Bacaan ini sangat menggugah hati saya. Begitu sulit melakukan sesuatu yang dilandasi kesetiaan. Tuhan adalah pribadi yang setia. Tuhan telah memenuhi janji-Nya bahwa Ia akan menjadi Allah kita (bdk. Ul. 26:17), dan kita akan menjadi umat kesayangan-Nya (bdk. Ul. 26:18). Tetapi, bagaimana dengan kenyataan yang ada? Apakah kita telah memenuhi janji kita kepada Allah? 
Kita sebagai manusia lemah, terlebih khusus orang muda, terkadang hanya tahu menuntut, menuntut, dan menuntut apa yang kita inginkan. Pada umumnya, kita berdoa kepada Tuhan, ketika kita sedang membutuhkan. Kita berdoa hanya pada saat sedang mengalami kesulitan. Apakah kita pernah berpikir bahwa Tuhan itu tidak adil? Di saat Tuhan tidak mengabulkan doa kita, apakah kita masih ingin hidup menurut jalan-Nya, berpegang pada ketetapan, perintah serta peraturan-Nya, atau pun mendengarkan suara-Nya? Apakah kita masih ingin berdoa kepada-Nya? 
Kawanku, sangat jarang dari antara kita yang tetap bersyukur, meskipun Allah tidak mengabulkan doa kita. Allah ingin melihat bagaimana usaha kita. Allah ingin melihat, apakah kita masih setia kepada-Nya, meskipun Ia terkadang tidak mengabulkan doa kita. Ingat sobat, Allah tahu yang kita butuhkan. Allah tahu apa yang kita inginkan. Tetapi, Allah punya rencana-Nya sendiri, yang pastinya terbaik untuk kita, walau terkadang sulit untuk kita terima. Hiduplah menurut jalan yang ditunjukkan Allah, agar kita menjadi umat kesayangan-Nya. Allah telah menyatakan diri-Nya dalam pribadi Yesus Kristus kepada kita dan tentunya untuk keselamatan kita. Hal ini terpancar dalam Wahyu Allah. Sekarang, tugas kita ialah menanggapi tanda yang diberikan Allah, dalam bentuk iman yang teguh kepada-Nya dan melakukan perbuatan baik dengan setia, dengan segenap hati, dan dengan segenap jiwa. Mungkin hal kecil yang dapat kita lakukan dalam masa Prapaskah ini ialah bertobat dan menyesali dosa-dosa kita.
Orang muda, jikalau dalam bacaan pertama kita diajak untuk setia, bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk mengasihi. Kita tahu bahwa ajaran yang utama dalam Kitab Suci  ialah cinta kasih. Saya ingin menceritakan sebuah kisah. Ada seorang bapak. Beliau hidup sederhana dengan istri dan keempat anaknya. Beliau meniti kariernya mulai dari awal hingga ia dapat berhasil. Ia adalah seorang yang tangguh, jujur, pekerja keras, dan tidak sombong. Ia tak pernah melupakan Tuhan dalam hidupnya. Ia aktif dalam hidup menggereja. Karena ia bekerja dengan jujur, sang bos memberikan jabatan yang baik kepadanya dalam perusahaan. Suatu ketika, rekan kerjanya merencanakan dan melakukan sesuatu yang tidak baik kepada beliau, sehingga pada akhirnya ia jatuh sakit. Di masa sakitnya, ia tidak pernah mengeluh atau menyalahkan siapa pun. Rekan kerjanya merasa iri hati dan tidak suka dengan apa yang beliau lakukan. Tetapi, apakah yang kita lakukan jika berada di posisi bapak tersebut? Jika saya menjadi beliau, mungkin saya akan balas dendam. Atau mungkin saja saya mendoakan hal-hal yang buruk kepada rekan kerja saya. Tahukah Anda apa yang bapak ini lakukan? Ia selalu berdoa kepada Tuhan. Ia tidak pernah merasa dendam kepada rekan kerjanya itu, meskipun pada akhirnya beliau harus mengakhiri hidupnya di dunia ini dan kembali kepada Bapa di surga. Beliau adalah ayah saya.
Demikian halnya dalam bacaan Injil hari ini, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”. Baiklah kita hidup menurut sabda Allah. Saya mengingat perkataan dosen saya, yang kurang lebih mengatakan bahwa sekecil apapun kita, meskipun kita ini minoritas, tetapi jika kita konsisten dengan apa yang kita imani sebagai orang Kristiani, yakin dan percaya kita bisa menjadi terang bagi sesama.
 “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”
Ya Tuhan yang setia, bantulah kami untuk selalu saling mengasihi dengan setia, dengan segenap hati, dan dengan segenap jiwa kami. Amin. 

[BCO]

27 Februari 2015

Hari biasa Pekan I Prapaskah (U)

Bacaan I: Yehezkiel 18:21-28
21 Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.
22 Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya.
23 Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup?
24 Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik — apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah setia dan karena dosa yang dilakukannya.
25 Tetapi kamu berkata: Tindakan Tuhan tidak tepat! Dengarlah dulu, hai kaum Israel, apakah tindakan-Ku yang tidak tepat ataukah tindakanmu yang tidak tepat?
26 Kalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan sehingga ia mati, ia harus mati karena kecurangan yang dilakukannya.
27 Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia akan menyelamatkan nyawanya.
28 Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.

Injil: Matius 5:20-26
20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.
22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,
24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.
25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.
26 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.

RENUNGAN
Akar dosa
Guys, Injil hari ini bisa dibilang mengajak kita untuk back to basics, alias kembali ke dasar. Maksudnya, kalau kita ingin bertobat dan mengalahkan dosa-dosa kita, jangan bersikap setengah-setengah! Kita perlu menghancurkan dosa itu mulai dari akarnya; bukan hanya dari batang atau buahnya. Sebagai contoh, dari Injil kita tahu hukum Taurat orang Yahudi mengatakan: "Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum" (lih. Mat 5:21), Tapi Tuhan Yesus mengajarkan sesuatu yang lebih radikal: "Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala" (lih. 5:22). Tuhan Yesus melihat bahwa dosa pembunuhan seringkali berasal dari dosa-dosa yang awalnya relatif kecil, yaitu: kemarahan, sikap menghina serta sikap menghakimi sesama. Seandainya ketiga akar tadi—kemarahan, sikap menghina serta sikap menghakimi—hilang, maka besar kemungkinan bahwa dosa yang lebih besar seperti pembunuhan juga tidak akan terjadi. Oleh sebab itu lewat kata-kata yang kesannya keras dan radikal tadi, Tuhan Yesus ingin supaya kita bersikap kritis terhadap dosa sejak dari tahap yang paling awal.
Teman-teman yang baik, Sabda Tuhan hari ini mengundang kita untuk merenungkan hidup kita, khususnya sejauh manakah kita menjalankan pertobatan kita di Masa Puasa? Apakah kita hanya menghindari dosa-dosa besar, namun membiarkan akar-akarnya tetap tertinggal di hati kita? Sebagai contoh, barangkali kita berusaha menghindari bergosip tentang orang-orang di sekitar kita, tapi kita membiarkan akarnya, yaitu sikap iri hati dan menghakimi tetap tinggal di dalam diri kita. Contoh yang lain, kita mungkin berjuang keras untuk tidak menyontek atau tidak korupsi uang kas kelas kita. Namun selama kita masih membiarkan dusta dan sikap curang ada di dalam diri kita, tidak mustahil bahwa kita akhirnya akan tetap menyontek dan melakukan korupsi tadi.
So guys, mari kita berusaha waspada terhadap akar-akar dosa yang ada di dalam hati kita. Mari kita belajar untuk mencabut akar-akar itu sedini mungkin—jangan biarkan sampai berkembang menjadi dosa yang lebih besar atau bahkan menjadi suatu kebiasaan. Sebab sebagaimana kita lebih mudah mencabut tunas kelapa ketimbang pohon kelapa berusia 2 tahun, demikian pula kita jauh lebih mudah untuk mencabut akar-akar dosa, ketimbang mencabut dosa-dosa yang sudah menjadi besar atau menjadi kebiasaan.
Akan tetapi meskipun kita saat ini mungkin tengah terpuruk dan tenggelam di dalam dosa-dosa yang besar dan menjadi kebiasaan, janganlah kita menyerah begitu saja dan menjadi putus asa. Percayalah, masih ada harapan bagi kita! Sebab Allah siap sedia memberikan rahmat-Nya untuk menguatkan kita di dalam peperangan rohani menghancurkan dosa beserta akarnya yang ada di dalam diri kita.
Never say die, guys!

[Wsn]

26 Februari 2015

Hari biasa Pekan I Prapaskah (U)

Bacaan I: Tambahan Ester 4:10a, 10c-12, 17-19
10a Ratu Esterpun berlindung pada Tuhan dalam bahaya maut yang menyerang dia.
10c Maka mohonlah ia kepada Tuhan, Allah Israel, katanya:
11 "Tuhanku, Raja kami, Engkaulah yang tunggal, dan tolonglah aku yang seorang diri ini, yang padanya tidak ada yang menolong selain dari Engkau, sebab bahaya maut mendekati diriku.
12 Sejak masa kecilku telah kudengar dalam keluarga bapaku, bahwa Engkau, ya Tuhan, telah memilih Israel dari antara sekalian bangsa, dan nenek moyang kami telah Kaupilih dari antara sekalian leluhurnya, supaya mereka menjadi milik abadi; dan telah Kaulaksanakan bagi mereka apa yang telah Kaujanjikan.
17 Ingatlah, ya Tuhan, dan hendaklah menampakkan diri-Mu di waktu kesesakan kami. Berikanlah kepadaku keberanian, ya Raja para allah dan Penguasa sekalian kuasa!
18 Taruhlah perkataan sedap di dalam mulutku terhadap singa itu dan ubahkanlah hatinya sehingga menjadi benci kepada orang yang memerangi kami, supaya orang itu serta semua yang sehaluan dengannya menemui ajalnya.
19 Tetapi selamatkanlah kami ini dengan tangan-Mu, dan tolonglah aku yang seorang diri ini, yang tidak mempunyai seorangpun selain dari Engkau, ya Tuhan.

Injil: Matius 7:7-12
7 "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
8 Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
9 Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti,
10 atau memberi ular, jika ia meminta ikan?
11 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."
12 "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

RENUNGAN
Ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah  maka pintu akan dibukakan bagimu”(Mat 7:7). Kutipan ini sangat singkat namun mengandung makna yang sangat berarti, meskipun bacaan hari ini sudah sangat familiar bagi sebagian orang. Hari ini Tuhan ingin mengingatkan kita kembali betapa Ia sangat mencintai kita.

Saya teringat dengan sebuah film yang menceritakan sepasang kekasih yang saling menyayangi, serasa dunia milik berdua. Singkat cerita, sang cewek mengalami kecelakaan dan semenjak itu juga sang cowok tiba-tiba menghilang. Cewek itu mengalami kecelakaan yang cukup parah karena membuatnya tidak bisa melihat lagi alias buta. Akhirnya dia menjadi sangat frustasi. Mengapa? Karena saat dia membutuhkan sosok yang bisa menguatkan tiba-tiba sosok itu hilang dan membuatnya mempunyai prasangka buruk terhadap pasangannya. Sang cewek putus asa sampai ingin mencoba mengakihiri hidupnya karena merasa dirinya tak berdaya lagi ia buta dan orang yang ia sayangi entah dimana. Ia berusaha mencari informasi tentang sang cowok ini dengan meminta bantuan adiknya. Akhirnya, ia mendapatkan informasi bahwa mereka sekeluarga telah pindah dan sekarang sang cowok dirawat di Rumah Sakit karena menderita kanker otak stadium akhir. Sang cewek langsung bergegas menuju ke rumah sakit tersebut. Rasa rindu, kaget, sedih bercampur menjadi satu.  Senyum bahagia kembali terpancar diantara mereka. Keesokan harinya, ia mendapat kabar bahwa sang cowok telah meninggal. Ia sempat tak percaya sehingga langsung bergegas ke rumah sakit bersama adiknya. Ternyata benar, cowok tersebut benar-benar telah pergi untuk selamanya. Sang cewek diberikan sebuah surat oleh ibu sang cowok yang berisi “Aku takut tidak bisa melihat senyummu untuk terakhir kali. Maaf aku tidak menceritakan tentang sakitku ini karena aku tidak ingin kamu menjadi kepikiran. Saat tahu kamu kecelakaan dan buta aku ingin sekali berada disamping tapi aku tak berdaya. Aku sangat menyayangimu. Aku ingin melihat senyum terbaikmu lagi. Sepasang bola mataku ini akan kuberikan kepadaMu, agar kamu bisa kembali melihat indahnya dunia dan menata hari-harimu. Meskipun aku tak ada disampingmu lagi yakinlah sepasang mataku ini akan menemanimu langkahmu”.
Kita bisa melihat dari cerita tadi betapa cowok tersebut sangat mencintai pasangannya. Begitu juga dengan perbuatan Tuhan kepada kita. Ia mengutus Putra-Nya yang sangat disayangi untuk menebus dosa manusia dengan cara yang tragis. Yesus pun sadar Ia harus melaksanakan kehendak Bapa-Nya karena Ia tahu Bapa mempunyai rencana terbaik untuk-Nya, yaitu bangkit atas maut. Tuhan menyayangi kita dengan berbagai cara yang entah kita sadari atau tidak. Saat kita memohon sesuatu Tuhan mungkin tidak langsung mengabulkan,  bukan karena Ia tidak menyayangi tetapi Ia punya rancangan yang terbaik bagi saya dan anda. 
Marilah dalam masa prapaskah ini kita memperbaharui diri dan semakin dekat kepada-Nya. Tidak hanya ketika kita membutuhkan sesuatu baru kita datang kepada-Nya, melainkan disetiap langkah saya dan anda sehingga kelak kita akan bangkit bersama Kristus pada hari raya Paskah.
Jesus loves you Guys…

[DRL]

25 Februari 2015

Hari biasa Pekan I Prapaskah (U)

Bacaan I: Yunus 3:1-10
1 Datanglah firman TUHAN kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian: 
2 "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu."
3 Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya. 
4 Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan."
5 Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung.
6 Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu.
7 Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian: "Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. 
8 Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya.
9 Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa."
10 Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya.

Injil: Lukas 11:29-32
29 Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.
30 Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini.
31 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!
32 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!"

RENUNGAN
Nabi Yunus berangkat ke Niniwe
Bacaan pertama dan bacaan Injil pada hari ini mempunyai kaitan yang kuat karena hal yang ingin ditekankan kepada kita yaitu Kebebasan dan Hukuman. Dalam hidup, kita dihadapkan oleh dua pilihan: hidup untuk berbuat baik atau hidup untuk berbuat jahat. Namun dibalik itu semua, pilihan-pilihan tadi tentu mempunyai konsekuensi: yang baik diganjar dan yang jahat dihukum. Tuhan sudah memberikan kita kebebasan untuk memilih, namun Tuhan pasti mau yang terbaik untuk kita dengan berbuat baik dan mengikuti jalan-Nya. Bagaimana cara Tuhan menyelamatkan umat-Nya?
Teman-teman bisa lihat pada bacaan pertama, Nabi Yunus datang dan mengingatkan orang Niniwe untuk bertobat karena saat itu mereka hidup dalam dosa. Tuhan memberikan peringatan kepada mereka melalui tanda-tanda Nabi Yunus, yaitu kata-kata teguran dan peringatan akan hukuman. Tuhan ingin mengingatkan kepada manusia bahwa perbuatan dosa itu sangat membahayakan mereka karena dapat membuat mereka jatuh binasa. Akhirnya, mereka berpaling dari dosa mereka dan kembali ke jalan yang benar.
Orang Niniwe memang sudah kembali ke jalan benar, namun apakah itu berpengaruh ke generasi selanjutnya? TIDAK. Iblis mempunyai trik yang sangat cerdik sehingga bisa membuat manusia jatuh ke dalam dosa, apalagi tiap generasi memiliki perubahan perilaku dari waktu ke waktu. Kita bisa lihat pada bacaan Injil hari ini, dimana orang-orang pada saat itu banyak melakukan dosa sehingga Yesus menyebut orang-orang pada zaman tersebut sebagai angkatan yang jahat. Orang-orang tersebut berharap ada yang memberikan tanda seperti tanda yang Nabi Yunus berikan pada zaman dulu, tapi kenyataannya tidak. Kenapa? Tiap angkatan memiliki permasalahan sendiri, perilaku yang berbeda tiap waktu sehingga tidak mungkin tanda yang diberikan sama. Permasalahan yang terjadi tiap tahun pastinya lebih rumit dan lebih gampang membuat orang jatuh dalam dosa. Oleh sebab itu, Yesus memberitahukan pada mereka bahwa Dialah yang akan memberikan tanda dari generasi tersebut dimana Allah sendiri yang akan turun langsung dan memberitahukan peringatan kepada orang-orang melalui diri Yesus bahwa dosa-dosa yang dilakukan pastinya akan mendapat hukuman di akhirat nanti.
Nah, dari bacaan ini Tuhan mengajak kita untuk merenungkan dosa-dosa yang sudah dilakukan, apalagi sekarang ini kita menjalani masa Puasa. Kita perlu membersihkan diri kita dari dosa dengan bertobat. Kita pasti sudah tahu alasannya, karena kalau kita tidak bertobat, hukuman siap menanti kita! Baik itu hukuman yang kita terima di dunia, maupun di akhirat. Misalnya mencuri, jika kita melakukan perbuatan itu maka kita akan mendapat hukuman seperti dipenjara. Beberapa kegiatan lain seperti bergosip, memfitnah orang lain, dan menyontek umumnya tidak mendapat hukuman di dunia seperti perbuatan mencuri tadi. Akan tetapi, hukuman di neraka siap menanti. 
Ayo, dalam masa prapaskah ini kita tinggalkan semua perilaku jahat dengan bertobat, dan mari kita jalankan misi yang Tuhan berikan kepada kita, yaitu membawa tanda peringatan kepada sesama! Tuhan memberkati.

[BRNDT]

24 Februari 2015

Hari biasa Pekan I Prapaskah (U)

Bacaan I: Yesaya 55:10-11
10 Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan,
11 demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.

Injil: Matius 6:7-15
7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.
8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.
9 Karena itu berdoalah demikian:Bapa kami yang di sorga,Dikuduskanlah nama-Mu,
10 datanglah Kerajaan-Mu,jadilah kehendak-Mudi bumi seperti di sorga.
11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan,tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.[Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]
14 Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.
15 Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."

RENUNGAN
Forgive
Setiap kali kita mendoakan Doa Bapa Kami kita selalu mengucapkan, “Ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.” Namun, pada praktiknya apakah kita sudah melakukannya? Pada kenyataannya, meminta maaf dan memaafkan adalah dua hal yang seringkali amat sulit kita lakukan. 
Teman-teman yang terkasih, kita semua pasti pernah berbuat salah kepada teman kita dan kita biasanya sadar akan kesalahan kita itu. Tapi kita tidak meminta maaf pada teman kita itu. Kenapa? Ada beberapa alasan, misalnya karena demi menjaga harga diri kita. "Malu dong kalau kita harus minta maaf," begitulah yang biasa kita katakan. Atau kita merasa tidak perlu meminta maaf karena berpikir bahwa teman tadi juga pernah berbuat salah. Atau alasan lain, karena kita takut teman kita tidak mau memaafkan kesalahan kita. Nah, pikiran seperti ini adalah pikiran yang salah. Kita tidak boleh malu untuk meminta maaf! Kita juga tidak perlu khawatir teman yang kita sakiti itu mau memaafkan kita atau tidak. Percayalah, dia pasti akan memaafkan kita. Kalaupun tidak, setidaknya kita sudah memiliki niat baik untuk berdamai dengannya. Niat baik kita ini pasti akan diperhitungkan oleh Tuhan. 
Selain pernah menyakiti teman kita, kita pasti juga pernah merasa disakiti oleh teman kita. Ketika kita disakiti, kita pasti menjadi marah dan seringkali berujung dendam. Di sinilah kita sebagai murid Kristus ditantang, supaya rasa dendam jangan sampai muncul dalam diri kita. Dendam bukanlah solusi yang tepat terhadap permasalahan kita ini. Sebab dendam tersebut hanya akan memutus tali persahabatan kita dengan mereka. Jika setiap kali kita punya masalah dan berujung dendam, maka bayangkan saja jika kita kehilangan sahabat satu per satu. Jadi, solusi yang terbaik adalah memaafkan. Memaafkan memang tidak mudah apalagi jika kesalahan teman kita itu begitu besar. Namun dengan memaafkan kita tidak akan pernah kehilangan sahabat. Dan yang lebih penting, jika kita memaafkan kesalahan teman kita, Tuhan pun akan mengampuni dosa-dosa kita. Ingat apa yang pernah dikatakan oleh Tuhan Yesus: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali" (Mat 18:22).
Teman-teman yang terkasih, sekarang kita sudah berada dalam Masa Prapaskah. Masa ini merupakan masa yang dikhususkan oleh Gereja untuk melaksanakan pertobatan. Marilah di masa puasa ini kita tidak segan-segan untuk meminta maaf atas kesalahan kita dan juga rela memaafkan kesalahan teman-teman kita. Sebab hanya dengan cara inilah, Tuhan juga akan mengampuni segala dosa-dosa kita. Amin.

[TW]

23 Februari 2015

Hari biasa Pekan I Prapaskah (U)

Bacaan I: Imamat 19:1-2, 11-18
1 TUHAN berfirman kepada Musa:
2 "Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.
11 Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya.
12 Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN.
13 Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau merampas; janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya.
14 Janganlah kaukutuki orang tuli dan di depan orang buta janganlah kautaruh batu sandungan, tetapi engkau harus takut akan Allahmu; Akulah TUHAN.
15 Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran.
16 Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN.
17 Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia.
18 Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.

Injil: Matius 25:31-46
31 "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,
33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.
34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?
40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.
42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;
43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku.
44 Lalu mereka pun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?
45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.
46 Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."

RENUNGAN
Teman-teman yang terkasih, bacaan pertama bercerita mengenai firman Tuhan kepada Musa untuk mengajak kita hidup kudus. Tidak perlu dipertanyakan lagi mengapa kita perlu hidup kudus. Hal ini sudah jelas karena kita diciptakan secitra dengan Allah yang kudus. Bagaimana caranya? Kita dapat melihatnya secara tersurat dalam Im 19:1-2, 11-18. Ada banyak perintah dan larangan yang disampaikan oleh Tuhan. Namun ada satu ayat yang sangat berkesan bagi saya, yaitu ayat ke 15 yang berbunyi: “Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran.”
Seringkali kita diperbudak oleh rasa kasihan. Misalnya saja, ketika melihat seorang wanita yang mengemis sambil menggendong anak kecil dengan pakaian compang-camping, kita merasa iba. Lalu kita memberi mereka uang. Tetapi apakah itu hal yang tepat? Pernahkah kita berpikir mengapa anak yang digendong tidak pernah menangis dan menutup matanya sepanjang waktu? Seorang kenalan saya, sebut saja Si A, pernah menanyakan hal tersebut ke seorang pengemis yang dilihatnya. Apa yang terjadi selanjutnya? Pengemis memperlihatkan raut muka yang tidak mengenakkan. Si A pun mendapat teguran dari orang sekitar karena dianggap tidak memiliki belas kasihan.
Namun rasa penasaran menuntun Si A untuk menyelidiki fenomena tersebut. Jawaban yang ia peroleh beragam. Beberapa hal di antaranya sangat tidak menyenangkan. Seperti yang kita ketahui, telah menjadi rahasia umum bahwa pengemis telah menjadi prospek bisnis bagi pihak tertentu. Termasuk pengemis yang menggendong seorang anak. Mengapa anak ini tidak pernah merengek? Ini merupakan hal yang tidak lumrah. Ternyata bayi-bayi itu diberi minuman keras agar tertidur sepanjang waktu.
Dengan memberi pengemis ini uang, mereka akan terus-terusan seperti itu. Pertanyaannya adalah berapa banyak lagi bayi yang harus dikorbankan karena kita membela orang kecil dengan tidak wajar?
Di sisi lain, kita menyadari bahwa hidup itu memang dilematis. Bila menengok bacaan Injil hari ini yang bercerita Penghakiman Terakhir, kita diajak untuk berbuat baik kepada siapapun. Entah itu orang paling hina atau pun orang asing. Kita percaya bahwa Tuhan hadir dalam diri mereka. Hal inilah yang selanjutnya seringkali membuat kita bingung dalam bertindak. Kita sulit menyelaraskan logika dan perasaan. Kadang kita ingin memberi sedekah pada pengemis. Tapi itu bisa membuat mereka malas untuk berusaha. Inilah hal-hal kecil yang dilematis.
Mengikuti Yesus memang tidak mudah. Tapi percayalah, teman-teman, usaha untuk hidup kudus akan berakhir bahagia. Dan ingatlah senantiasa untuk memurnikan niat kita dalam membuat keputusan. Mohonlah petunjuk Yang Kuasa dalam bertindak agar kita tidak dibutakan oleh belas kasihan.
Selamat Beraktivitas!
(LJB)

22 Februari 2015

HARI MINGGU PRAPASKAH I (U)

Bacaan I: Kejadian 9:8-15
8 Berfirmanlah Allah kepada Nuh dan kepada anak-anaknya yang bersama-sama dengan dia:
9 "Sesungguhnya Aku mengadakan perjanjian-Ku dengan kamu dan dengan keturunanmu,
10 dan dengan segala makhluk hidup yang bersama-sama dengan kamu: burung-burung, ternak dan binatang-binatang liar di bumi yang bersama-sama dengan kamu, segala yang keluar dari bahtera itu, segala binatang di bumi.
11 Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi."
12 Dan Allah berfirman: "Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya:
13 Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi.
14 Apabila kemudian Kudatangkan awan di atas bumi dan busur itu tampak di awan,
15 maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku yang telah ada antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, segala yang bernyawa, sehingga segenap air tidak lagi menjadi air bah untuk memusnahkan segala yang hidup.

Bacaan II: 1 Petrus 3:18-22
18 Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh,
19 dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara,
20 yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. 
21 Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan — maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah — oleh kebangkitan Yesus Kristus,
22 yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya.

Injil: Markus 1:12-15
12 Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun.
13 Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai oleh Iblis. Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia.
14 Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah,
15 kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!"

RENUNGAN
Yesus berpuasa 40 hari di padang gurun
Shalom, teman-teman. Bagaimana kabar kalian selama 4 hari pertama Masa Prapaskah yang sudah dilewati? Mudah-mudahan kita selalu setia di dalam doa, puasa, pantang dan bersedekah, demi memohon ampun kepada Tuhan atas segala dosa-dosa kita. Ingat loh, jangan biarkan Masa Prapaskah ini sekedar menjadi rutinitas tahunan yang berlalu begitu saja tanpa ada maknanya. Sebaliknya, mari kita sungguh menggunakan momen istimewa ini untuk bertobat, agar hidup kita diperbaharui oleh Roh Kudus dan kelak boleh bangkit bersama Kristus pada Hari Paskah. Sebab sebagai orang Katolik, saya percaya bahwa tidak ada yang lebih kita rindukan selain memiliki hidup yang berkenan kepada Allah. Bagaimana menurut kalian?
Nah, di hari Minggu Prapaskah I ini, Injil menceritakan kepada kita tentang Tuhan Yesus yang pergi ke padang gurun untuk berpuasa selama 40 hari, Kalau kita baca Kitab Suci dengan penuh perhatian, kita akan menemukan bahwa Injil Matius dan Lukas mengisahkan peristiwa tadi secara panjang lebar, terutama pada bagian ketika Yesus dicobai oleh Iblis sebanyak 3 kali. Namun Injil Markus ternyata menceritakan peristiwa yang sama dengan amat singkat. Meski demikian, bukan berarti kisah dalam Injil hari ini menjadi kurang bermakna, karena jalan ceritanya tidak lengkap. Sebab Injil Markus lebih ingin menekankan pada kenyataan bahwa sebelum tampil di depan umum untuk memberitakan Injil Allah, Tuhan Yesus juga berpuasa dan mengalami dicobai oleh Iblis. Akan tetapi Dia berhasil menang atas pencobaan itu, dan bahwa akhirnya, malaikat-malaikat Tuhan melayani Dia. Dari situ kita bisa menimba inspirasi bahwa untuk menjadi pribadi yang dewasa seperti Tuhan Yesus, kita perlu berani untuk menghadapi segala pencobaan hidup, sambil tetap berpegang kepada iman dan pengharapan kepada Allah.
Guys, ketika membaca Injil hari ini, saya jadi tertarik untuk merenungkan lebih jauh tentang pencobaan, atau biasa kita sebut sebagai godaan-godaan. Saya yakin bahwa di dalam hidup kita setiap hari, kita mengalami banyak godaan. Ada godaan dalam hal-hal kecil, misalnya godaan untuk makan daging selama hari puasa, atau godaan untuk main game ketika sudah berkomitmen untuk tidak main game hari itu. Ada pula godaan dalam hal-hal besar, seperti godaan menyangkut uang, kekuasaan, dan jabatan. Sebagai contoh, banyak pegawai Katolik mengalami godaan untuk berbuat tidak jujur (korupsi) dan meninggalkan imannya, supaya dapat hidup enak serta bisa naik pangkat. Selain itu, godaan seringkali juga muncul ketika kita sedang bertekad untuk tidak memikirkannya. Misalnya, ketika saya bertekad untuk berpuasa, entah kenapa perut yang biasanya tidak lapar, malah menjadi lapar sekali. Contoh lainnya, ketika saya berkomitmen menjadi pribadi yang lebih sabar, entah kenapa malah timbul situasi yang membuatku gregetan. Namun perlu diakui bahwa godaan itu kelihatan paling mempesona, ketika kita sedang dalam keadaan terjepit. Misalnya, seorang mahasiswa yang menunggak biaya kuliah maupun uang kost, dan ia tidak bisa meminta kiriman uang dari orang tua, karena mereka gagal panen. Dalam situasi demikian, pikiran bisa menjadi pendek. Godaan untuk mencuri atau menjual narkoba bisa dianggap sebagai berkat Tuhan yang datang tiba-tiba.
Padahal godaan apapun itu, pesonanya selalu hanya bersifat sementara. Ketika kita sudah masuk di dalam jeratnya, yang lebih sering kita rasakan adalah kerugian dan penyesalan. Sebab memang demikianlah sifat godaan, yaitu membuat kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah. Akan tetapi perlu disadari pula bahwa godaan tidak selamanya membawa kerugian. Itulah sebabnya Allah terkadang mengizinkan kita digoda, supaya hidup kita dimurnikan dan iman kita menjadi semakin kuat. Dan saya yakin, Allah pasti akan memberikan kita kekuatan untuk bertahan terhadap segala godaan, asalkan kita sungguh-sungguh setia kepada-Nya. Sebab Dia senantiasa setia dalam janji-Nya untuk menyelamatkan kita.
So, jangan pernah takut lagi ya terhadap godaan, tapi juga jangan kita meremehkannya. Percayalah, dengan mengandalkan rahmat Allah, kita pasti bisa mengalahkannya!
Ganbatte!

[Wsn]

21 Februari 2015

Hari Sabtu ses Rabu Abu (U)

Bacaan I: Yesaya 58:9b-14
9b Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah,
10 apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.
11 TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan.
12 Engkau akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan memperbaiki dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan. Engkau akan disebutkan "yang memperbaiki tembok yang tembus", "yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni".
13 Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat "hari kenikmatan", dan hari kudus TUHAN "hari yang mulia"; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong,
14 maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut TUHANlah yang mengatakannya.

Injil: Lukas 5:27-32
27 Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!"
28 Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia.
29 Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia.
30 Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: "Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?"
31 Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit;
32 Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat."

RENUNGAN
Jangan menghakimi
Sekarang ini lagi Masa Prapaskah. So, apa yang kamu pikirkan tentang masa ini? Puasa, mengurangi porsi makan, tidak makan daging, pantang jajan, dan lain-lain. Yups, semua itu memang penting dan berguna. Tapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana kualitas hidup kita seharusnya juga semakin baik dari hari ke hari. Kita seharusnya bisa lebih dekat dengan Tuhan, sekaligus juga makin mampu mengasihi sesama. Nah, kedua hal terakhir inilah yang biasanya justru paling sulit untuk kita lakukan. Silakan refleksikan diri sendiri, kalau kamu tidak percaya.
Guys, bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini bisa dikatakan kena sekali dengan diri saya. Kedua bacaan itu dengan tegas menyadarkan saya akan 2 hal, yaitu: Pertama, saya kerap kali menunjuk-nunjuk orang lain dengan jari sebagaimana dikatakan oleh Bacaan I, dalam artian bahwa saya telah bersikap berprasangka serta menghakimi. Kedua, saya seringkali, baik secara sadar maupun tidak, telah bersikap seperti orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dalam Injil hari ini. Maksudnya, saya bersikap keras terhadap orang yang tersesat, tapi pada saat yang sama saya tidak berusaha untuk menolong mereka. Bahkan terkadang saya juga bersungut-sungut atau mengkritik, jika ada orang-orang baik yang rela membantu mereka dengan penuh kelembutan. Untuk lebih jelasnya, saya akan sharing sedikit pengalaman yang baru saja alami.
Kemarin siang, saya ikut serta dalam memberikan pelajaran agama untuk anak-anak SMA dan SMK yang termasuk umat parokiku, namun belajar di sekolah negeri. Kebetulan saya diberi tanggung jawab untuk menggantikan tugas seorang frater, rekanku, yang akan pindah tugas ke paroki lain. Akan tetapi karena kemarin masih menjadi masa transisi bagiku, maka saya tidak ikut memberikan pelajaran, melainkan sekedar mengamati bagaimana cara frater, rekanku tadi, mengajar. Momen itu akhirnya saya pergunakan juga untuk mengamati para siswa dan terutama kepribadian mereka.
Kebanyakan siswa memang sudah saya kenal. Akan tetapi saya belum tahu bagaimana sikap dan perilaku mereka, ketika mengikuti pelajaran agama di kelas. Itulah sebabnya, saya berusaha mengamati mereka. Pada saat itulah saya menemukan bahwa ada 2 anak yang terkesan sulit diatur dan selalu jadi biang keributan selama pelajaran. Salah satu di antara mereka, saya dengar hidupnya sudah rusak akibat salah pergaulan. Banyak orang bahkan mengatakan bahwa anak itu sering keluar malam dan pulang pagi, untuk nge-lem (menghirup aroma lem tertentu) sampai teler—meskipun saya belum pernah melihat sendiri. Namun anggapan orang itu sepertinya benar-benar melekat dalam pikiranku, sehingga ketika dia kesulitan untuk menjelaskan cita-citanya yang ingin menjadi pengusaha, saya spontan berkata dengan nada sinis, "Ya, kamu pasti cocok menjadi pengusaha lem"—yang langsung disambung dengan gelak tawa penuh arti dari seisi kelas, sedangkan muka anak itu menjadi kecut. Baru kemudian saya tiba-tiba sadar akan kesalahanku, ketika seorang siswa lainnya mengatakan kepada saya, "Waduh frater, baru pertama masuk kelas koq kata-katanya sudah menusuk hati begitu?" Oh Tuhan, saya minta maaf, sebab sudah berdosa!
Melalui Sabda Tuhan dalam Bacaan I, saya serasa diingatkan bahwa saya sebenarnya tidak punya hak sama sekali untuk bersikap menghakimi. Apalagi hidupku juga belum tentu lebih baik daripada hidupnya, sebab segala yang saya dengar tentang dia hanyalah kabar dari orang lain. Bukan tidak mungkin prasangkaku malah bisa menjadi fitnah bagi dirinya, jika ternyata kabar itu tidak benar. Dengan kata lain, saya perlu waspada selalu terhadap kesombongan rohani yang ingin menjeratku. Sebab segala kegiatan rohani yang biasa saya lakukan, seperti doa, misa, puasa, serta pilihan hidupku menjadi frater sesungguhnya tidak membuatku lebih unggul atau memberiku hak untuk menghakimi orang lain. Bahkan seandainya berita itu benar, Injil hari ini mengingatkanku bahwa saya seharusnya meneladani sikap Yesus, yang tidak menghakimi atau mempersalahkan mereka yang tersesat, melainkan justru mendekati dengan penuh kasih dan kelembutan. Kiranya hanya dengan cara seperti itulah kita bisa menyelamatkan mereka tanpa ketegangan maupun paksaan.
Teman-teman yang baik, semoga Sabda Tuhan dan sharingku hari ini boleh menjadi berkat bagi kalian, sehingga kalian sekurang-kurangnya tidak perlu jatuh ke dalam kesalahan yang sama seperti yang sudah saya alami.
God bless you!

[Wsn]

20 Februari 2015

Hari Jumat sesudah Rabu Abu

Bacaan I: Yesaya 58:1-9a
1 Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka!
2 Memang setiap hari mereka mencari Aku dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan yang tidak meninggalkan hukum Allahnya mereka menanyakan Aku tentang hukum-hukum yang benar, mereka suka mendekat menghadap Allah, tanyanya:
3 "Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?" Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu.
4 Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.
5 Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kau sebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?
6 Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,
7 supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!
8 Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu.
9a Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku!

Injil: Matius 9:14-15
14 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?"
15 Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.

RENUNGAN
Yesaya 58:7
Guys, perlu saya akui, Bacaan I hari ini berisi pesan yang benar-benar dahsyat dan mendobrak. Ketika merenungkannya, saya merasa bahwa logika berpikir maupun pemahaman lamaku tentang apa itu puasa seperti dibongkar dan diruntuhkan. Di satu sisi ini terasa agak menyakitkan, karena saya seolah dipaksa melepaskan dan meninggalkan apa yang selama bertahun-tahun sudah saya percayai. Di sisi lain, sebagai gantinya, bacaan hari ini memberikan suatu pemahaman baru yang lebih segar, jernih, dan terutama lebih sesuai dengan kehendak Allah. Mungkin inilah salah satu alasannya mengapa Masa Prapaskah disebut juga sebagai masa pembaharuan diri, Sebab selama masa ini kita banyak kali akan diajak untuk memperbaharui pemahaman maupun cara kita beriman kepada Allah.
Banyak orang berkata bahwa puasanya orang Katolik itu adalah puasa yang ringan sekaligus tidak biasa. Buktinya, Gereja Katolik hanya menetapkan 2 hari wajib untuk berpuasa, yaitu Rabu Abu dan Jumat Agung. Tapi puasa yang hanya 2 hari itu juga sangat ringan, karena mereka tetap boleh makan tiga kali sehari, meskipun hanya salah satunya yang bisa sampai kenyang. Di samping itu kalau orang Katolik berpuasa, mereka diwajibkan untuk menjaga diri agar tetap nampak segar, tidak boleh loyo atau kelihatan seperti sedang berpuasa. Itulah sebabnya ketika mendengarkan tentang ketentuan puasa di dalam Gereja Katolik, seorang teman beragama lain sempat berujar, "Kalau puasanya model begini sih, sampai kapan pun kita tidak akan pernah tahu apakah seorang Katolik itu sedang berpuasa atau tidak."
Jika kita merenungkan Bacaan I dengan sungguh-sungguh, saya percaya bahwa kita akan tiba pada kesimpulan: Puasa kita ini tidak ringan dan tidak mudah. Buktinya, kalau pada hari Rabu Abu kita diajak berpuasa dengan mengoyakkan hati kita sebagai tanda tobat, dan kemarin kita diajak untuk memilih Allah ketimbang hal-hal lain, maka pada hari ini kita diajak untuk berpuasa sesuai dengan yang dikehendaki Allah. Yups, harus saya akui bahwa selama bertahun-tahun saya keliru dalam berpuasa. Sebab dahulu saya berpikir bahwa puasa itu semata-mata adalah urusanku dengan Tuhan; tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain. Dengan demikian, jika saya telah menjaga diriku tetap bersih dari dosa—misalnya, kemarahan, dusta, iri hati, kesombongan, dll—pada masa lalu saya berpikir bahwa puasa saya sudah penuh dan berkenan kepada Allah.
Namun Sabda Tuhan hari ini berkata lain. Apa yang saya lakukan dahulu masih belum cukup! Sebab puasa yang sesungguhnya harus membawa kebaikan bagi orang lain, terutama mereka yang miskin dan menderita. Dengan kata lain, kalau saya berpuasa dan mengurangi makan, maka saya seharusnya menjadi mampu untuk memberi makan mereka yang kelaparan. Kita berpuasa, supaya orang miskin bisa makan. Selain itu, jika saya berpuasa dan menjaga diriku tetap bersih dari dosa, maka saya seharusnya juga menjadi mampu untuk membantu orang lain lepas dari belenggu-belenggu yang mengikat mereka, misalnya belenggu keputuasaan, sikap tidak peduli, sikap tidak adil, dan sebagainya.
Saya percaya bahwa semua itu tidak akan mudah dilakukan, apalagi oleh kita anak-anak muda ini yang masih kurang pengalaman maupun kemampuan. Namun jangan lupa bahwa kita tidak sendirian, sebab kita melangkah bersama Tuhan Yesus. Dia-lah yang akan memberi kita kekuatan untuk melaksanakan komitmen kita di Masa Prapaskah ini.
So, what are you waiting for? 
Let's do something beuatiful for God and others!

[Wsn]

19 Februari 2015

Hari Kamis sesudah Rabu Abu (U)

Bacaan I: Ulangan 30:15-20
15 Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan,
16 karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya.
17 Tetapi jika hatimu berpaling dan engkau tidak mau mendengar, bahkan engkau mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya,
18 maka aku memberitahukan kepadamu pada hari ini, bahwa pastilah kamu akan binasa; tidak akan lanjut umurmu di tanah, ke mana engkau pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya.
19 Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu,
20 dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka."

Injil: Lukas 9:22-25
22 Dan Yesus berkata: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga."
23 Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.
24 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.
25 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?

RENUNGAN
Teman-teman yang baik, mengapa kalian mau menjadi orang Katolik? Bukankah menjadi orang Katolik itu susah, banyak tantangan dan aturannya? Apalagi sebagai kaum minoritas di negeri ini, hidup kita seringkali terasa tidak mudah. Lalu apa yang membuatmu tetap bertahan di dalam iman Katolik?
Jika saya diminta untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan tadi, maka jawaban yang dapat saya berikan adalah: Saya mau menjadi orang Katolik karena Yesus, dan saya tetap bertahan di dalam iman ini juga karena Yesus. Yups, bagiku Tuhan Yesus adalah alasan utama mengapa saya berani memilih hidup seperti ini. Sebab di dalam Dia saya menemukan suatu hidup yang penuh; hidup yang bahagia; hidup yang luar biasa; hidup yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. So, kalau hidupku sudah begitu istimewa seperti ini, maka menjadi pengikut Yesus merupakan satu-satunya pilihan yang masuk akal bagiku. Sebab untuk apa lagi saya mencari yang lain, jika saya sudah menemukan jalan yang benar dan menyelamatkan di dalam Dia.
Ketika merenungkan pertanyaan-pertanyaan di atas, saya kemudian juga menjadi paham, mengapa perkataan Musa dalam Bacaan I terkesan keras dan seolah mengancam terhadap orang-orang Israel. Jika memilih mengasihi Allah, mereka akan hidup dan memperoleh berkat. Namun jika memilih menyembah dewa-dewa, mereka akan celaka dan mati. Musa di sini sebenarnya mencoba meyakinkan bangsa Israel untuk memilih Allah, sebab Dia-lah satu-satunya yang benar, yang telah membebaskan mereka dari penindasan Mesir, dan yang menuntun mereka selama 40 tahun di padang gurun. Saat pengembaraan di padang gurun memang bukan merupakan masa yang mudah bagi bangsa Israel. Namun perlu diakui bahwa selama masa itu, mereka juga mengalami suatu hidup yang penuh, hidup yang bahagia dan hidup yang luar biasa bersama dengan Allah. Itulah alasannya mengapa Musa berusaha meyakinkan bangsa Israel supaya mereka memilih Allah. Sebab mereka sudah pernah menyaksikan dan merasakan sendiri bukti belas kasih Allah kepada mereka selama bertahun-tahun di padang gurun. "Kalau begitu, mengapa kamu melarikan diri dari berkat Allah dan memilih jalan lain yang tidak pasti?" Begitu mungkin pertanyaan Musa kepada bangsa Israel.
Guys, saya yakin bahwa kita semua juga memiliki pengalaman kedekatan dengan Tuhan Yesus yang membuat hidup kita terasa penuh, bahagia dan luar biasa, Memang sih, hidup kita terkadang masih diwarnai dengan masalah, kesulitan, serta aneka tantangan. Tapi bukankah hidup manusia memang seperti itu? Bahkan Tuhan Yesus juga mengalami banyak kesulitan, masalah serta tantangan, hingga akhirnya Dia harus menderita sengsara dan wafat di kayu salib, sebelum akhirnya bangkit dengan jaya. Oleh karenanya dikuatkan dengan pengalaman kedekatan tadi, marilah kita sejak awal Masa Prapaskah ini berkomitmen untuk membuat pilihan yang benar bagi hidup kita, yaitu menjadi pengikut Tuhan Yesus Kristus yang setia, serta hidup sesuai dengan ajaran-Nya.
Semoga Tuhan memberkati keputusan kita ini!

[Wsn] 

18 Februari 2015

HARI RABU ABU (U)

Pantang dan Puasa.
Ekaristi pemberkatan dan pembagian abu.

Bacaan I: Yoel 2:12-18
12 "Tetapi sekarang juga," demikianlah firman TUHAN, "berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh."
13 Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya.
14 Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat, menjadi korban sajian dan korban curahan bagi TUHAN, Allahmu.
15 Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya;
16 kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang tua, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah pengantin laki-laki keluar dari kamarnya, dan pengantin perempuan dari kamar tidurnya;
17 baiklah para imam, pelayan-pelayan TUHAN, menangis di antara balai depan dan mezbah, dan berkata: "Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa: Di mana Allah mereka?"
18 TUHAN menjadi cemburu karena tanah-Nya, dan Ia belas kasihan kepada umat-Nya.

Bacaan II: 2 Korintus 5:20-6:2
20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.
21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
1 Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.
2 Sebab Allah berfirman: "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau." Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.

Injil: Matius 6:1-6, 16-18
1 "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.
2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.
4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
5 "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
16 "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
17 Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,
18 supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

RENUNGAN
Hari Rabu Abu
Selamat Hari Rabu Abu, teman-teman!
By the way, apa kalian sudah ikut misa dan terima abu pada hari ini? Kalau belum, sempatkanlah diri kalian untuk pergi ke Gereja, sebab ini adalah hari yang spesial di mana kita tengah membuka Masa Prapaskah. Oya, jangan lupa bahwa Gereja menetapkan puasa dan pantang pada hari ini. Untuk ketentuannya, kalian bisa baca pada link di bawah ini:

Bagaimanakah pantang dan puasa di Masa Prapaskah?

So, segera tentukan pilihanmu: Bagaimanakah kamu akan menjalankan puasa dan pantangmu hari ini dan selanjutnya selama Masa Prapaskah?
Guys, hari ini kita memasuki masa puasa. Selama 40 hari ke depan kita akan mengadakan Retret Agung untuk merenungkan kembali kehidupan kita selama ini, khususnya segala dosa, kesalahan serta kecenderungan negatif yang ada di dalam diri kita. Dan permenungan itu akan kita lakukan sambil bercermin pada perjalanan Yesus memasuki kota Yerusalem, untuk menderita sengsara, wafat serta kelak bangkit. Sebab hidup kita ini seringkali tenggelam dalam rutinitas; banyak hal terjadi secara otomatis, tanpa kita sadari sungguh-sungguh maknanya. Makanya jangan heran bahwa hati kita pelan-pelan menjadi tumpul, sehingga dosa dan kesalahan kita anggap sebagai hal yang lumrah. Kita jadi begitu terbiasa menghina serta menyakiti hati orang lain, entah itu orang tua, sanak saudara, teman-teman dan sesama kita. Kita jadi terbiasa pula untuk melupakan Tuhan, mengabaikan perintah-Nya dan berkeras hati di dalam kemauan kita sendiri. Akhirnya secara perlahan tanpa kita sadari, dosa dan keinginan daging telah begitu menjerat kita, sehingga kita menjadi terpuruk serta tidak lagi mampu untuk mebebaskan diri dan kembali menjadi anak-anak Allah yang berbahagia.
Di saat penuh rahmat ini, Tuhan mengundang kita untuk kembali kepada-Nya, berbalik dengan sepenuh hati, karena Tuhan rindu untuk memeluk kita di dalam dekapan kasih-Nya. Oh, betapa Tuhan sungguh-sungguh berharap bahwa kita bertobat dan meninggalkan cara hidup lama kita yang sia-sia. Betapa Dia ingin mencurahkan rahmat-Nya dengan melimpah kepada kita, tapi sayangnya kita tidak mampu menerimanya, karena diri kita terpenjara di dalam dosa dan kesalahan kita. Kini pilihan ada di tangan kita. Maukah kita berjuang bersama Tuhan Yesus untuk membuka penjara itu, sehingga kita dapat kembali dipulihkan?
Teman-teman yang baik, hari ini kita menerima abu di dahi kita sebagai tanda sesal dan tobat kita. Abu ini juga melambangkan bahwa hidup kita berasal dari debu dan akan kembali ke debu. Artinya, hidup kita ini amatlah tidak berarti, rapuh dan sementara. Meski demikian, Tuhan ternyata memandang kita amat berharga di mata-Nya, sehingga Dia tidak segan-segan untuk mengutus Putra tunggal-Nya guna menyelamatkan kita. Kini sekali lagi pilihan ada di tangan kita. Bagaimanakah kita menyusun prioritas di dalam hidup kita ini? Adakah ruang bagi Tuhan dan sesama di dalam hati serta hidup kita?
Semoga melalui doa, amal kasih, serta pantang dan puasa selama Masa Prapaskah ini, kita mampu untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan maupun sesama, sehingga hidup kita sungguh-sungguh menjadi berarti dan berbahagia.
Selamat menjalani Masa Prapaskah!

[Wsn]

17 Februari 2015

Hari biasa (H)

Bacaan I: Kejadian 6:5-8,7:1-5,10
5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,
6 maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.
7 Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka."
8 Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.
1 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Nuh: "Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini.
2 Dari segala binatang yang tidak haram haruslah kauambil tujuh pasang, jantan dan betinanya, tetapi dari binatang yang haram satu pasang, jantan dan betinanya;
3 juga dari burung-burung di udara tujuh pasang, jantan dan betina, supaya terpelihara hidup keturunannya di seluruh bumi.
4 Sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan ke atas bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya, dan Aku akan menghapuskan dari muka bumi segala yang ada, yang Kujadikan itu."
5 Lalu Nuh melakukan segala yang diperintahkan TUHAN kepadanya.
10 Setelah tujuh hari datanglah air bah meliputi bumi.

Injil: Markus 8:14-21
14 Kemudian ternyata murid-murid Yesus lupa membawa roti, hanya sebuah saja yang ada pada mereka dalam perahu.
15 Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: "Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."
16 Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti."
17 Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: "Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kamu faham dan mengerti? Telah degilkah hatimu?
18 Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar? Tidakkah kamu ingat lagi,
19 pada waktu Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?" Jawab mereka: "Dua belas bakul."
20 "Dan pada waktu tujuh roti untuk empat ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?" Jawab mereka: "Tujuh bakul."
21 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Masihkah kamu belum mengerti?"

RENUNGAN
Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes
Hei guys, apa kabar kalian semua? Puji Tuhan, karena tidak terasa kita sudah berada pada hari Selasa dalam Pekan Biasa VI. Besok kita bersama seluruh umat Gereja Katolik Roma sedunia kembali memasuki Masa Prapaskah, yang akan dibuka dengan perayaan Rabu Abu. Masa Prapaskah dikenal juga dengan sebutan masa puasa, dan mempunyai dua ciri khas, yaitu: mengenangkan atau mempersiapkan pembaptisan; serta membina tobat (KL 109). Selama masa ini, Gereja amat menganjurkan kegiatan-kegiatan berupa pendalaman iman, puasa, pantang, dan amal kasih. So, mari kita pergunakan kesempatan istimewa di Masa Prapaskah ini dengan sungguh-sungguh, supaya kita bisa sungguh-sungguh bertobat dari dosa-dosa kita dan menjadi semakin akrab dengan Tuhan serta peduli dengan sesama.
Nah, sehari menjelang masa puasa ini, Tuhan Yesus di dalam Injil tadi memperingatkan para murid dengan berkata: "Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes" (Mrk 8:15). Apakah kalian mengerti arti dari ungkapan: ragi orang Farisi dan ragi Herodes itu?
Janganlah berkecil hati kalau kalian tidak memahami makna dari kedua ungkapan yang dikatakan Tuhan Yesus tadi, sebab para murid-Nya pun ternyata juga tidak memahaminya. Bahkan mereka sempat berpikir bahwa Yesus berkata begitu untuk memarahi mereka, karena mereka lupa membawa roti. Dari peristiwa ini, kita bisa melihat bahwa murid-murid Yesus itu sebenarnya adalah orang-orang biasa, tidak berpendidikan, tidak begitu pandai, bahkan sering tidak memahami perkataan Sang Guru. Maka itu dalam bagian-bagian lain dari Injil, kita beberapa kali menemukan para murid meminta kepada Tuhan Yesus: "Jelaskan perumpamaan itu kepada kami." Sebab mereka memang tidak memahami apa yang dikatakan oleh Guru mereka.
Meski para murid adalah orang-orang yang biasa, tidak begitu cerdas, sering salah paham, dan penuh dengan kekurangan, tapi kenapa Tuhan Yesus malah memilih mereka sebagai murid-Nya? Saya sendiri melihat bahwa justru di sinilah letak keistimewaan Tuhan Yesus, sebab Dia memanggil dan memilih mereka bukan berdasarkan pertimbangan manusiawi, melainkan menurut kebijaksanaan serta kehendak Allah (bdk. Luk 6:12). Bahkan mereka tetap sering salah paham terhadap Tuhan Yesus, sampai mereka dipenuhi dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Baru pada saat itulah mereka akhirnya memahami semua yang telah dikatakan oleh Guru mereka, dan dengan demikian mereka kemudian menjadi pilar-pilar Gereja. Penilaian Tuhan Yesus dalam memilih para murid sebenarnya serupa juga dengan penilaian-Nya ketika memanggil kita. Meskipun kita mungkin tidak begitu berbakat, pandai, bahkan penuh dengan dosa dan kekurangan, namun Tuhan Yesus tetap mengasihi serta memanggil kita untuk menjadi murid-Nya. Kita barangkali belum begitu memahami Sabda-Nya, misalnya di dalam Kitab Suci atau di dalam ajaran Gereja. Namun jika kita tetap setia mengasihi-Nya, merenungkan Sabda-Nya dan selalu memohon bimbingan Roh Kudus, maka kita pun perlahan-lahan akan mengenal Dia secara mendalam serta bertumbuh dalam kekudusan, sebagaimana yang telah dialami oleh murid-murid Yesus dahulu.
Sebagai akhir dari renungan ini, saya ingin mengajak teman-teman merefleksikan sedikit tentang apa yang dimaksud sebagai ragi orang Farisi dan ragi Herodes, sebagaimana yang telah dikatakan Yesus. Meskipun amat berguna dalam pembuatan roti, namun orang-orang Yahudi menganggap bahwa proses fermentasi yang disebabkan oleh ragi merupakan suatu bentuk pengrusakan. Itulah sebabnya ragi dikeluarkan dari rumah-rumah mereka selama masa Paskah. Bahkan hukum Taurat melarang memasukkan ragi di dalam persembahan yang dibuat untuk Bait Allah (lih. Im 2:11). Di sinilah kita bisa memahami bahwa Tuhan Yesus menggunakan ungkapan "ragi" juga dalam artian negatif: sesuatu yang punya sifat merusak. Dengan demikian, yang dimaksud dengan ragi orang Farisi adalah sikap munafik atau kepura-puraan, sebab mereka secara berlebihan menjalankan aturan agama, tapi di hati mereka tidak ada cinta kasih kepada Allah dan sesama. Sedangkan arti dari ragi Herodes adalah semangat keduniawian, yang dipenuhi dengan pesta pora, keserakahan, dan sikap mau menang sendiri. Kiranya merupakan sesuatu yang baik, jika selama Masa Prapaskah dan seterusnya kita selalu berusaha menjaga diri kita agar tetap bersih dari ragi orang Farisi dan ragi Herodes.
Selamat memasuki Masa Prapaskah!

[Wsn]