Jesus Our Yearning!

3 Februari 2015

Hari biasa (H)

Bacaan I: Ibrani 12:1-4

1 Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.
2 Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.
3 Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.
4 Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.

Injil: Markus 5:21-43
21 Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau,
22 datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya
23 dan memohon dengan sangat kepada-Nya: "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup."
24 Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya.
25 Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan.
26 Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk.
27 Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya.
28 Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh."
29 Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.
30 Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: "Siapa yang menjamah jubah-Ku?"
31 Murid-murid-Nya menjawab: "Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?"
32 Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu.
33 Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya.
34 Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!"
35 Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: "Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?"
36 Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: "Jangan takut, percaya saja!"
37 Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus.
38 Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring.
39 Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: "Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!"
40 Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu.
41 Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: "Talita kum," yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!"
42 Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub.
43 Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.

RENUNGAN

Hello, good people! Apa kabar kalian? Semoga kalian merasa bahagia hari ini. Akan tetapi bagaimanapun keadaan kita sekarang, mudah-mudahan kita tidak pernah merasa putus asa atau kehilangan iman, karena Allah yang Maha Pengasih selalu menemani perjalanan hidup kita. Oleh sebab itu, mari sejenak kita mengambil waktu untuk merenungkan Sabda-Nya yang penuh daya dan kuasa.
Teman-teman, apakah kalian pernah merasa hidup ini terlalu berat untuk dijalani? Hidup sepertinya hanya berisi aneka cobaan, sehingga benak kita bertanya: Lalu untuk apa kita hidup? Pertanyaan-pertanyaan tersebut seringkali saya peroleh di akun ask.fm. Dengan membacanya saja, saya bisa merasakan pergumulan mereka yang bertanya. Ada kesedihan, kegelisahan, bahkan beberapa orang nyaris putus asa ketika dilanda cobaan hidup.
Dulu, saya berpikir tidak akan ada orang yang mau bunuh diri, bahkan jika ujian kehidupan yang dihadapinya sangat berat. Bunuh diri itu sebuah omong kosong. Dulu, saya merasa bahwa apa yang saya jalani adalah yang paling berat dan sulit. Saya harus bangun pagi sekali untuk berangkat sekolah naik angkot, sementara teman-teman saya diantar dengan mobil mewah dan berangkat di menit-menit terakhir bel berbunyi. Saya harus jadi anak yang berprestasi untuk mendapatkan subsidi uang sekolah, karena saya bukan berasal dari keluarga kaya raya. Saya harus mengikuti lomba tingkat nasional dulu baru bisa menginjak ibu kota negara, Jakarta. Saat itu saya merasa memiliki beban yang paling berat, sedangkan orang lain terlihat begitu mudah mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Dahulu saya juga sering merasa iri melihat orang yang bisa bersekolah di luar negeri. Mereka terlihat selalu bahagia. Namun ternyata tidak, teman-teman. Sekarang saya sadar bahwa setiap orang memiliki pergumulannya masing-masing. Memiliki hal-hal duniawi tidak menjamin kebutuhan rohani kita terpenuhi. Seorang teman saya bahkan hampir bunuh diri pada tahun akhir perkuliahannya di Jerman, karena ia merasa begitu jauh dari Tuhan.
Teman-teman yang baik hati, Bacaan I hari ini terasa sangat menyentuh bagi saya. “Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.” (Ibr 12:4) Tidak seharusnya kita mengeluh dan merasa yang paling tersiksa, karena perjuangan kita tidak sebanding dengan apa yang dilakukan Yesus di Kayu Salib untuk keselamatan umat manusia. Sebaliknya, pergumulan yang kita alami hendaknya semakin mengubah dan mendewasakan iman kita. Seperti yang diceritakan dalam Injil hari ini, Yesus menyembuhkan seorang wanita yang mengalami pendarahan dan membangkitkan anak kepala rumah ibadat, karena Tuhan Yesus melihat bagaimana kokohnya iman mereka kepada-Nya.
St. Blasius, uskup dan martir yang kita peringati hari ini juga berhasil menyelamatkan seorang anak laki-laki dari kematian karena tulang ikan yang tersangkut pada tenggorokannya. Melalui apa? Doa. Maka kita tak perlu lagi merasa ragu dan sedih dalam menjalani hidup ini. Sebab Yesus sendiri telah berkata, “Jangan takut, percaya saja!”
So guys, tell your problems, “I HAVE A BIG GOD!”

(LJB)