25 Mei 2015
Hari biasa (H)
Bacaan I: Sir 17:24-29
24 Namun untuk orang yang menyesalpun Tuhan
membuka jalan kembali, dan orang yang kehilangan ketabahan hati dilipur
oleh-Nya.
25 Berpalinglah kepada Tuhan dan lepaskanlah
dosa, berdoalah di hadapan-Nya dan berhentilah menghina.
26 Kembalilah kepada Yang Mahatinggi dan
berpalinglah dari yang durjana, dan hendaklah sangat benci kepada kekejian.
27 Siapa gerangan di dunia orang mati memuji Yang
Mahatinggi, sebagai pengganti orang yang hidup dan yang mempersembahkan pujian?
28 Dari orang mati lenyaplah pujian seperti dari
yang tiada sama sekali, sedangkan barangsiapa yang hidup dan sehat memuji
Tuhan.
29 Alangkah besarnya belas kasihan Tuhan serta
pengampunan-Nya bagi semua yang berpaling kepada-Nya!
Mazmur 32:1-2.5.6.7 | R: 11a
R Bersukacitalah dalam TUHAN dan
bersorak-soraklah, hai orang-orang benar
* 1 Berbahagialah orang yang diampuni
pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! 2 Berbahagialah manusia, yang
kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!
* 5 Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan
kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada
TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena
dosaku. S e l a
* 6 Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa
kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar
terjadi, itu tidak melandanya.
* 7 Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap
kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan
bersorak.
Injil: Mrk 10:17-27
17 Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan
perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil
bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus
kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
18 Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku
baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja.
19 Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah:
Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi
dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!"
20 Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru,
semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku."
21 Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih
kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu:
pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang
miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan
ikutlah Aku."
22 Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa,
lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.
23 Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di
sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang
beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah."
24 Murid-murid-Nya tercengang mendengar
perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah
sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah.
25 Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum
dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."
26 Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada
yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?"
27 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi
manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala
sesuatu adalah mungkin bagi Allah."
Renungan
Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih
kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu:
pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang
miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan
ikutlah Aku."
Mrk 10:21
Dalam hidup ini terdapat banyak pertanyaan yang
sulit kita jawab. Ada pula pertanyaan yang bisa kita jawab tapi jawabannya
selalu berubah dari waktu ke waktu. Misalnya apa? Pertanyaan tentang cita-cita.
“Kalau besar nanti mau jadi apa?” atau “nanti mau jadi apa? Cita-citanya apa?”
adalah pertanyaan yang seringkali ditanyakan orang lain atau bahkkan diri kita
sendiri. Ketika ditanya demikian, Joyers, apa jawabanmu?
Aku ingat sekali jawabanku semasa kecil dulu.
Ingin jadi dokter gigi, dokter hewan, hakim, pengacara, menteri ekonomi,
pokoknya segala macam profesi kusebutkan bergantian dari waktu ke waktu. Sekarang
ini, jika bertanya pada orang-orang sekitar mengenai cita-cita mereka, jawaban
yang banyak kuterima adalah “mau jadi orang sukses.” Jawaban yang singkat, tapi
maknanya terlalu luas. Lalu bagaimana masyarakat kita memandang arti sukses
itu? Coba tanyakan pada mereka lagi. Mungkin jawaban mayoritas dari mereka
adalah “punya uang banyak, financial freedom, kerjaan bagus, rumah mewah, mobil
mahal, bisa keliling dunia.” Sukses dideskripsikan dengan kekayaan duniawi.
Maka tak heran jika manusia identik dengan kompetisi dan keserakahan, karena
cita-cita mereka memang terlalu finansial.
Kenapa jarang sekali orang menjawab bahwa ia
bercita-cita menjadi penghuni Surga? Lebih jarang lagi kita temui jawaban, “saya
bercita-cita menjadi pengikut Kristus yang setia.” Nyaris semuanya menjawab
hal-hal duniawi, padahal kalau dipikir-pikir lagi, memangnya hal duniawi
membawa kebahagiaan? Contoh, kamu berhasil menjadi investor yang kaya raya,
hartamu berlimpah, kamu memiliki saham di banyak perusahaan. Uang yang kamu
miliki membuat kamu mampu mengganti mobil mewah setiap tahun. Namun, setiap
malam kamu dilingkupi kekhawatiran bilamana harga saham anjlok, rupiah melesuh
dan berbagai hal lain yang dapat membuat perusahaanmu bangkrut. Setiap malam
kamu tidur tidak nyenyak. Apakah kamu merasa tenang? Dengan memiliki semua itu,
kesenangan sesaat bisa jadi ada, tapi tidak untuk kebahagiaan kekal.
Kebahagiaan kekal hanya kita dapatkan dari Allah.
Jika untuk menjadi dokter, pengacara, guru dan
profesi lainnya bisa kita pelajari caranya, bagaimana dengan menjadi pengikut
Yesus? Ilmu-ilmu sosial dan eksak bisa diperoleh di kelas. Tetapi, apakah para
guru dan dosen mampu menyediakan informasi untuk menjadi Pengikut Kristus yang
Setia? Menjadi pengikut-Nya tidak pernah menjadi hal yang mudah.
Seperti dalam bacaan Injil hari ini, ada
seseorang yang mencari cari untuk hidup kekal. Ia pun bertanya kepada Yesus
bagaimana caranya. Perintah Yesus seperti jangan membunuh, jangan berzinah,
jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang,
menghormati ayah dan ibu, semuanya telah ia lakukan. Lalu apa kekurangannya? Ia
belum menjual dan mebagikan harta miliknya. Inilah hal yang sangat sulit sekali
untuk dilakukan oleh manusia. Bila dibandingkan dengan cita-cita menjadi ‘orang
sukses’, maka cita-cita menjadi ‘Penikmat Harta Surgawi’ adalah hal yang sulit
dicapai. Yesus sendiri menyatakan bahwa lebih mudah unta masuk ke lubang jarum
daripada orang kaya masuk ke dalam Surga.
Jadi, sahabat muda, apa cita-citamu?
Bapa dalam Surga, tuntunlah kami dalam menentukan
dan meraih impian kami. Semoga segala hal yang kami lakukan di dunia ini bisa
mengantarkan kami pada kehidupan kekal di Surga. Amin
(LJB)