3 Mei 2015
HARI MINGGU PASKAH V (P)
Bacaan I: Kis 9:26-31
26 Setibanya di Yerusalem Saulus mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid.
27 Tetapi Barnabas menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceriterakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus.
28 Dan Saulus tetap bersama-sama dengan mereka di Yerusalem, dan dengan keberanian mengajar dalam nama Tuhan.
29 Ia juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, tetapi mereka itu berusaha membunuh dia.
30 Akan tetapi setelah hal itu diketahui oleh saudara-saudara anggota jemaat, mereka membawa dia ke Kaisarea dan dari situ membantu dia ke Tarsus.
31 Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.
Mazmur 22:26b-27.28.30.31-32 | R: 26a
R Karena Engkau aku memuji-muji dalam jemaah yang besar
* 26b Nazarku akan kubayar di depan mereka yang takut akan Dia. 27 Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya!
* 28 Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya.
* 30 Ya, kepada-Nya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapan-Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu, dan orang yang tidak dapat menyambung hidup.
* 31 Anak-anak cucu akan beribadah kepada-Nya, dan akan menceritakan tentang TUHAN kepada angkatan yang akan datang. 32 Mereka akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya.
Bacaan II: 1Yoh 3:18-24
18 Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.
19 Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah,
20 sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu.
21 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah,
22 dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
23 Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita.
24 Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.
Injil: Yoh 15:1-8
1 "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.
2 Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.
3 Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.
4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."
Renungan
Selamat pagi guys, and selamat hari Minggu. Senangnya ya, bahwa kita sekarang sudah berada di bulan Mei, di mana kita kembali diajak untuk berdevosi kepada Bunda Maria dengan berdoa Rosario setiap hari. Selain itu, hari ini kita juga merayakan Minggu Paskah V. Artinya, tiga minggu lagi kita akan memperingati hari Pentakosta, hari istimewa di mana kita memohon Roh Kudus untuk turun atas diri kita, sebagaimana yang dahulu telah dialami oleh para rasul.
Teman-teman yang baik, sebagai anak-anak muda, saya percaya bahwa kita ingin menjadi orang yang sukses di dalam hidup ini. Kesuksesan itu sendiri bisa jadi terungkap dalam aneka macam bentuk, misalnya: keberhasilan dalam belajar; keberhasilan dalam pekerjaan; keberhasilan dalam relasi dengan orang tua, teman-teman, sesama, dan sebagainya. Demi meraih keberhasilan itu, kita pun tidak segan-segan berjuang keras, sebab pepatah mengatakan: There are no gains without pains (Tidak akan ada pencapaian tanpa kerja keras). Kenyataan juga menunjukkan bahwa ada kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri, jika akhirnya kita berhasil meraih impian-impian kita. Mengutip bahasa sebuah iklan yang saat ini sedang populer, keberhasilan berdasarkan usaha sendiri itu rasanya beda; "kayak ada manis-manisnya gitu deh". Di satu sisi, semuanya itu baik. Namun di pihak lain, kita perlu menyadari bahwa sikap demikian senantiasa mengandung bahaya, sebab orang-orang yang selalu mengejar keberhasilan biasanya cenderung berfokus pada dirinya sendiri. "Yang penting saya berhasil, terserah orang mau bilang apa, atau terserah nasib mereka bagaimana," begitu mungkin yang sering muncul dalam benak para pejuang mimpi tadi. Maka janganlah kita heran kalau mereka seringkali bercerita tentang keberhasilan, keuletan dan ketekunan mereka dalam mengejar cita-cita. Singkatnya, rasa bangga mereka telah menjadi sedemikian besar, sehingga malah berubah menjadi suatu kesombongan yang membutakan diri mereka sendiri.
Saya percaya bahwa setiap orang boleh-boleh saja merasa bangga atas keberhasilannya masing-masing. Namun pada saat yang sama, kita seharusnya selalu bersikap sadar dan mawas diri, agar tidak sampai jatuh dalam dosa kesombongan. Dalam hal ini bacaan Injil memberikan suatu alasan yang bagus bagi kita, yaitu bahwa kita ini hanyalah ranting-ranting yang tidak bisa berbuat apa-apa dengan usaha sendiri. Oleh sebab itu agar kita dapat menghasilkan buah, kita perlu tinggal pada pokok anggur yang benar, yakni Tuhan Yesus Kristus. Yah, mungkin kita tidak akan terlalu sulit memahami ajaran Tuhan Yesus ini. Namun pada suatu hari, saya pernah mencoba merenungkan bacaan Injil hari ini di hadapan sebuah tanaman hias—sebab saya sulit untuk menemukan pohon anggur. Tanaman itu tumbuh di dalam sebuah pot. Dalam pot itu, pada bagian di sekitar akar, saya lihat ada ranting-ranting kering dan daun-daun lapuk berserakan. Saya pun mulai membandingkannya dengan ranting-ranting dan daun-daun yang masih melekat pada tanaman—semuanya tampak segar dan hijau. Di situlah saya mulai menyadari, hidup kita mungkin akan menjadi seperti ranting atau daun kering tadi, jika kita hidup jauh dari Tuhan atau bahkan memisahkan diri dari-Nya. Satu hal yang pasti, hidup kita akan menjadi kering dan tidak bisa menghasilkan buah, karena Tuhan Yesus sendiri berkata, "Sebab di luar Aku, kamu tidak berbuat apa-apa" (Yoh 15:5b). Ajaran Yesus tentang pokok anggur dan ranting-rantingnya ini seharusnya juga mendorong kita untuk selalu bersikap rendah hati. Sebab kita sadar bahwa kita bisa begini dan begitu, semata-mata karena Tuhan. Kalau bukan karena Tuhan yang memampukan kita, saya percaya bahwa kita bahkan tidak akan sanggup melakukan satu perbuatan baik, sekecil apapun itu. So, mari kita pikirkan lagi, apakah kita punya dasar atau alasan kuat untuk bisa bersikap sombong di hadapan orang lain?
Ajaran Yesus tentang pokok anggur dan ranting-rantingnya juga mengingatkan kita bahwa yang utama di dalam hidup kita bukanlah menjadi orang yang berhasil, melainkan menjadi orang yang mampu menghasilkan buah-buah kebaikan. Kiranya hal itu sejalan dengan apa yang pernah dikatakan oleh Bunda Teresa dari Kalkuta, "Tuhan memanggil kita bukan untuk menjadi orang yang berhasil, namun menjadi orang yang setia." Tentu saja "setia" di sini perlu dimengerti sebagai kesetiaan dalam menghasilkan buah-buah yang baik.
Dalam hal ini, tokoh-tokoh yang diceritakan dalam Bacaan I kiranya bisa memberi gambaran bagaimana hidup yang berbuah itu. Tokoh yang pertama adalah Paulus; seorang yang dahulu selalu mengejar dan menangkapi bahkan membunuh orang-orang Kristen. Namun sejak ia berjumpa dengan Kristus, hidupnya menjadi berubah dan berbuah, karena dengan berani ia kemudian mewartakan Kabar Gembira Yesus Kristus kepada bangsa-bangsa, meski harus mengalamai penolakan serta siksaan. Dengan demikian, hidup yang berbuah bisa diartikan sebagai hidup yang mau berubah menjadi lebih baik.
Tokoh yang kedua adalah Barnabas, seorang yang sudah lama mengimani Yesus. Tapi yang menarik dari Barnabas adalah bagaimana sikapnya ketika menghadapi Saulus yang sudah bertobat. Pada saat itu para murid yang lain merasa takut dan tidak percaya kepada Saulus. Mereka sulit untuk percaya bahwa Saulus sudah bertobat. Namun Barnabas justru menerimanya, percaya padanya, dan berusaha meyakinkan para murid bahwa Saulus sudah bertobat, hingga akhirnya para murid pun setuju menerima Saulus ke dalam kelompok orang-orang Kristen. Sikap Barnabas yang demikian, kiranya menunjukkan bahwa hidup yang berbuah itu berarti percaya bahwa setiap orang itu bisa berubah menjadi lebih baik, dan oleh sebab itu kita perlu selalu memberi kesempatan kepada orang lain untuk memperbaiki diri.
Akhirnya, rasul Yohanes dalam Bacaan II mengingatkan kita akan perintah supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, dan supaya kita saling mengasihi. Barangsiapa mengasihi, ia diam di dalam Allah, dan Allah diam dalam dia. Ini berarti bahwa hidup yang berbuah perlu diungkapkan lewat sikap percaya kita kepada Tuhan serta hidup saling mengasihi, bukan dengan perkataan atau lidah tetapi dengan perbuatan. Sebagaimana kata pepatah: Action speaks louder than words.
So, teman-teman yang baik, mari jadikan hidup kita ini ibarat Kitab Suci yang hidup, di mana orang dapat tersentuh oleh Sabda Allah, bukan dengan kata-kata kita, melainkan karena mereka melihat bagaimana kita hidup sesuai dengan Sabda itu.
Have a blessed Sunday, guys!
[Wsn]
Bacaan I: Kis 9:26-31
26 Setibanya di Yerusalem Saulus mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid.
27 Tetapi Barnabas menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceriterakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus.
28 Dan Saulus tetap bersama-sama dengan mereka di Yerusalem, dan dengan keberanian mengajar dalam nama Tuhan.
29 Ia juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, tetapi mereka itu berusaha membunuh dia.
30 Akan tetapi setelah hal itu diketahui oleh saudara-saudara anggota jemaat, mereka membawa dia ke Kaisarea dan dari situ membantu dia ke Tarsus.
31 Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.
Mazmur 22:26b-27.28.30.31-32 | R: 26a
R Karena Engkau aku memuji-muji dalam jemaah yang besar
* 26b Nazarku akan kubayar di depan mereka yang takut akan Dia. 27 Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya!
* 28 Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya.
* 30 Ya, kepada-Nya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapan-Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu, dan orang yang tidak dapat menyambung hidup.
* 31 Anak-anak cucu akan beribadah kepada-Nya, dan akan menceritakan tentang TUHAN kepada angkatan yang akan datang. 32 Mereka akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya.
Bacaan II: 1Yoh 3:18-24
18 Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.
19 Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah,
20 sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu.
21 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah,
22 dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
23 Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita.
24 Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.
Injil: Yoh 15:1-8
1 "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.
2 Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.
3 Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.
4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."
Renungan
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
(Yoh 15:5)
Selamat pagi guys, and selamat hari Minggu. Senangnya ya, bahwa kita sekarang sudah berada di bulan Mei, di mana kita kembali diajak untuk berdevosi kepada Bunda Maria dengan berdoa Rosario setiap hari. Selain itu, hari ini kita juga merayakan Minggu Paskah V. Artinya, tiga minggu lagi kita akan memperingati hari Pentakosta, hari istimewa di mana kita memohon Roh Kudus untuk turun atas diri kita, sebagaimana yang dahulu telah dialami oleh para rasul.
Teman-teman yang baik, sebagai anak-anak muda, saya percaya bahwa kita ingin menjadi orang yang sukses di dalam hidup ini. Kesuksesan itu sendiri bisa jadi terungkap dalam aneka macam bentuk, misalnya: keberhasilan dalam belajar; keberhasilan dalam pekerjaan; keberhasilan dalam relasi dengan orang tua, teman-teman, sesama, dan sebagainya. Demi meraih keberhasilan itu, kita pun tidak segan-segan berjuang keras, sebab pepatah mengatakan: There are no gains without pains (Tidak akan ada pencapaian tanpa kerja keras). Kenyataan juga menunjukkan bahwa ada kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri, jika akhirnya kita berhasil meraih impian-impian kita. Mengutip bahasa sebuah iklan yang saat ini sedang populer, keberhasilan berdasarkan usaha sendiri itu rasanya beda; "kayak ada manis-manisnya gitu deh". Di satu sisi, semuanya itu baik. Namun di pihak lain, kita perlu menyadari bahwa sikap demikian senantiasa mengandung bahaya, sebab orang-orang yang selalu mengejar keberhasilan biasanya cenderung berfokus pada dirinya sendiri. "Yang penting saya berhasil, terserah orang mau bilang apa, atau terserah nasib mereka bagaimana," begitu mungkin yang sering muncul dalam benak para pejuang mimpi tadi. Maka janganlah kita heran kalau mereka seringkali bercerita tentang keberhasilan, keuletan dan ketekunan mereka dalam mengejar cita-cita. Singkatnya, rasa bangga mereka telah menjadi sedemikian besar, sehingga malah berubah menjadi suatu kesombongan yang membutakan diri mereka sendiri.
Saya percaya bahwa setiap orang boleh-boleh saja merasa bangga atas keberhasilannya masing-masing. Namun pada saat yang sama, kita seharusnya selalu bersikap sadar dan mawas diri, agar tidak sampai jatuh dalam dosa kesombongan. Dalam hal ini bacaan Injil memberikan suatu alasan yang bagus bagi kita, yaitu bahwa kita ini hanyalah ranting-ranting yang tidak bisa berbuat apa-apa dengan usaha sendiri. Oleh sebab itu agar kita dapat menghasilkan buah, kita perlu tinggal pada pokok anggur yang benar, yakni Tuhan Yesus Kristus. Yah, mungkin kita tidak akan terlalu sulit memahami ajaran Tuhan Yesus ini. Namun pada suatu hari, saya pernah mencoba merenungkan bacaan Injil hari ini di hadapan sebuah tanaman hias—sebab saya sulit untuk menemukan pohon anggur. Tanaman itu tumbuh di dalam sebuah pot. Dalam pot itu, pada bagian di sekitar akar, saya lihat ada ranting-ranting kering dan daun-daun lapuk berserakan. Saya pun mulai membandingkannya dengan ranting-ranting dan daun-daun yang masih melekat pada tanaman—semuanya tampak segar dan hijau. Di situlah saya mulai menyadari, hidup kita mungkin akan menjadi seperti ranting atau daun kering tadi, jika kita hidup jauh dari Tuhan atau bahkan memisahkan diri dari-Nya. Satu hal yang pasti, hidup kita akan menjadi kering dan tidak bisa menghasilkan buah, karena Tuhan Yesus sendiri berkata, "Sebab di luar Aku, kamu tidak berbuat apa-apa" (Yoh 15:5b). Ajaran Yesus tentang pokok anggur dan ranting-rantingnya ini seharusnya juga mendorong kita untuk selalu bersikap rendah hati. Sebab kita sadar bahwa kita bisa begini dan begitu, semata-mata karena Tuhan. Kalau bukan karena Tuhan yang memampukan kita, saya percaya bahwa kita bahkan tidak akan sanggup melakukan satu perbuatan baik, sekecil apapun itu. So, mari kita pikirkan lagi, apakah kita punya dasar atau alasan kuat untuk bisa bersikap sombong di hadapan orang lain?
Ajaran Yesus tentang pokok anggur dan ranting-rantingnya juga mengingatkan kita bahwa yang utama di dalam hidup kita bukanlah menjadi orang yang berhasil, melainkan menjadi orang yang mampu menghasilkan buah-buah kebaikan. Kiranya hal itu sejalan dengan apa yang pernah dikatakan oleh Bunda Teresa dari Kalkuta, "Tuhan memanggil kita bukan untuk menjadi orang yang berhasil, namun menjadi orang yang setia." Tentu saja "setia" di sini perlu dimengerti sebagai kesetiaan dalam menghasilkan buah-buah yang baik.
Dalam hal ini, tokoh-tokoh yang diceritakan dalam Bacaan I kiranya bisa memberi gambaran bagaimana hidup yang berbuah itu. Tokoh yang pertama adalah Paulus; seorang yang dahulu selalu mengejar dan menangkapi bahkan membunuh orang-orang Kristen. Namun sejak ia berjumpa dengan Kristus, hidupnya menjadi berubah dan berbuah, karena dengan berani ia kemudian mewartakan Kabar Gembira Yesus Kristus kepada bangsa-bangsa, meski harus mengalamai penolakan serta siksaan. Dengan demikian, hidup yang berbuah bisa diartikan sebagai hidup yang mau berubah menjadi lebih baik.
Tokoh yang kedua adalah Barnabas, seorang yang sudah lama mengimani Yesus. Tapi yang menarik dari Barnabas adalah bagaimana sikapnya ketika menghadapi Saulus yang sudah bertobat. Pada saat itu para murid yang lain merasa takut dan tidak percaya kepada Saulus. Mereka sulit untuk percaya bahwa Saulus sudah bertobat. Namun Barnabas justru menerimanya, percaya padanya, dan berusaha meyakinkan para murid bahwa Saulus sudah bertobat, hingga akhirnya para murid pun setuju menerima Saulus ke dalam kelompok orang-orang Kristen. Sikap Barnabas yang demikian, kiranya menunjukkan bahwa hidup yang berbuah itu berarti percaya bahwa setiap orang itu bisa berubah menjadi lebih baik, dan oleh sebab itu kita perlu selalu memberi kesempatan kepada orang lain untuk memperbaiki diri.
Akhirnya, rasul Yohanes dalam Bacaan II mengingatkan kita akan perintah supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, dan supaya kita saling mengasihi. Barangsiapa mengasihi, ia diam di dalam Allah, dan Allah diam dalam dia. Ini berarti bahwa hidup yang berbuah perlu diungkapkan lewat sikap percaya kita kepada Tuhan serta hidup saling mengasihi, bukan dengan perkataan atau lidah tetapi dengan perbuatan. Sebagaimana kata pepatah: Action speaks louder than words.
So, teman-teman yang baik, mari jadikan hidup kita ini ibarat Kitab Suci yang hidup, di mana orang dapat tersentuh oleh Sabda Allah, bukan dengan kata-kata kita, melainkan karena mereka melihat bagaimana kita hidup sesuai dengan Sabda itu.
Have a blessed Sunday, guys!
[Wsn]