Jesus Our Yearning!

9 Juni 2015


Hari Biasa (H)

Bacaan I: 2Kor 1:18-22
18 Demi Allah yang setia, janji kami kepada kamu bukanlah serentak "ya" dan "tidak".
1:19 Karena Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu, yaitu olehku dan oleh Silwanus dan Timotius, bukanlah "ya" dan "tidak", tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada "ya".
1:20 Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah.
1:21 Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi,
1:22 memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.



Mazmur 119:129.130.131.132.133.135 | R: 135a


Sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu

* 129 Peringatan-peringatan-Mu ajaib, itulah sebabnya jiwaku memegangnya.

* 130 Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh.

* 131 Mulutku kungangakan dan megap-megap, sebab aku mendambakan perintah-perintah-Mu.

* 132 Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebagaimana sepatutnya terhadap orang-orang yang mencintai nama-Mu.

* 133 Teguhkanlah langkahku oleh janji-Mu, dan janganlah segala kejahatan berkuasa atasku.

* 135 Sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu, dan ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.



Injil: Mat 5:13-16
13 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."



Renungan
Seberapa asinkah “GARAM” kita ???

Garam
Selamat memasuki hari Selasa ! Selamat memulai aktivitas harian bagi kita semua dan ucapan special buat teman-teman CAMABA yang hari ini akan menjalani tes SBMPTN di lokasi masing-masing. Ganbatte !!!
Renungan kita hari ini menyangkut tentang jati diri kita sebagai orang yang mengaku sebagai murid Yesus, tentang eksistensi kita dan mungkin lebih tepatnya sebagai praktek lapangan atas pengetahuan dan iman kita akan Yesus Kristus. Hari minggu yang lalu, kita merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, bacaan hari ini masih menyinggung perayaan tersebut. Dikatakan bahwa, "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.”  melalui Tubuh dan Darah Kristus, kita dijadikan satu dalam sebuah ikatan oleh Yesus Kristus, sebagai anak sekaligus sebagai murid. Oleh karena besarnya karunia yang kita peroleh maka tugas yang kita emban juga besar, sama seperti Yesus Kristus yang diberi karunia oleh Allah juga memiliki tugas yang besar, yakni menyelamatkan kita. Tugas kita sebagai umat Allah adalah mewartakan Injil-Nya sampai ke ujung dunia, agar setiap orang yang mendengarnya menjadi percaya bahwa karya penyelamatan Tuhan itu nyata dalam hidup kita. Untuk itulah kita diibaratkan sebagai garam dunia dalam kutipan Injil diatas.
Menjadi garam dunia adalah sebuah tugas yang harus kita emban sebagai orang yang mengaku percaya akan Allah dan juga Yesus Kristus Sang Juruselamat. Tugas yang kita emban adalah konsekuensi atas iman kepercayaan kita akan Allah dan juga Yesus Kristus. Kita harus berani menjadi pembeda dalam dunia ini, sama seperti garam yang asin, yang tidak memiliki pengganti, begitu pula iman kita. menjadi garam dunia tidak selamanya haruslah seorang biarawan atau biarawati, kita yang kaum awam juga bisa menjadi garam dunia, dengan berkarya di bidang social contohnya, menjadi guru sekolah minggu, anggota koor paroki, bahkan OMK juga bisa menjadi lahan subur penumbuhan iman, dengan saling mengajak dan mengajar kita membagikan “garam” yang ada pada diri kita kepada orang lain, sehingga semua orang yang ada di sekitar kita juga dapat merasakan “asin” yang sama. Tetapi perlu digarisbawahi, bahwa menjadi seorang garam dunia jangan sampai menimbulkan fanatisme apalagi sampai menimbulkan perselisihan antar agama. Tidak ada unsur paksaan dalam mewartakan Injil Tuhan, semuanya dilakukan dengan rasa belas kasih dan sukarela. Meskipun akan banyak kecaman dari berbagai pihak, akan tetapi hendaknya kita tetap bertahan akan iman dan tidak terprovokasi dengan dunia. Dunia memang keras, untuk itu dengan adanya “garam” dalam diri kita, kita senantiasa diingatkan untuk tetap menjaga jarak dan tidak terseret jauh ke dalam pusaran kehidupan dunia yang menjanjikan kenikmatan hidup tanpa batas.
Tuhan tidak pernah memberi beban yang tidak mampu kita tanggung. Dalam beban itu ada karya Tuhan yang cemerlang menunggu kita. maka dari itu, tetaplah percaya, berteguh dalam iman, dan berdoalah senantiasa, agar “garam” kita tidak menjadi tawar.


(AS)