29 Juli 2015
Bacaan I: Kel 33:24-39
29 Ketika Musa turun dari gunung Sinai -- kedua loh hukum Allah ada di tangan Musa ketika ia turun dari gunung itu -- tidaklah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan TUHAN.
30 Ketika Harun dan segala orang Israel melihat Musa, tampak kulit mukanya bercahaya, maka takutlah mereka mendekati dia.
31 Tetapi Musa memanggil mereka, maka Harun dan segala pemimpin jemaah itu berbalik kepadanya dan Musa berbicara kepada mereka.
32 Sesudah itu mendekatlah segala orang Israel, lalu disampaikannyalah kepada mereka segala perintah yang diucapkan TUHAN kepadanya di atas gunung Sinai.
33 Setelah Musa selesai berbicara dengan mereka, diselubunginyalah mukanya.
34 Tetapi apabila Musa masuk menghadap TUHAN untuk berbicara dengan Dia, ditanggalkannyalah selubung itu sampai ia keluar; dan apabila ia keluar dikatakannyalah kepada orang Israel apa yang diperintahkan kepadanya.
35 Apabila orang Israel melihat muka Musa, bahwa kulit muka Musa bercahaya, maka Musa menyelubungi mukanya kembali sampai ia masuk menghadap untuk berbicara dengan TUHAN.
Mazmur 99:5-7.9 | R: 9c
R Kuduslah TUHAN, Allah kita
* 5 Tinggikanlah TUHAN, Allah kita, dan sujudlah menyembah kepada tumpuan kaki-Nya! Kuduslah Ia! 6 Musa dan Harun di antara imam-imam-Nya, dan Samuel di antara orang-orang yang menyerukan nama-Nya. Mereka berseru kepada TUHAN dan Ia menjawab mereka. 7 Dalam tiang awan Ia berbicara kepada mereka; mereka telah berpegang pada peringatan-peringatan-Nya dan ketetapan yang diberikan-Nya kepada mereka.
* 9 Tinggikanlah TUHAN, Allah kita, dan sujudlah menyembah di hadapan gunung-Nya yang kudus! Sebab kuduslah TUHAN, Allah kita!
Injil: Luk 10:38-42
38 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya.
39 Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,
40 sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."
41 Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,
42 tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
Renungan
"Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."
(Luk 10:40)
Hari ini kita merayakan Pesta St Marta. Dia adalah saudari dari Maria dan Lazarus. Dari Injil kita tahu bahwa Yesus sangat mengasihi ketiga orang ini, bahkan Ia sering tinggal di rumah mereka.
Pada Pesta St Marta, Gereja sebenarnya menawarkan dua bacaan Injil yang bisa kita pilih secara bebas. Pertama, kisah Marta yang berbicara dengan Yesus, setelah Lazarus wafat (lih. Yoh 11:19-27). Kedua, kisah Marta dan Maria ketika menerima Yesus di rumah mereka, sebagaimana yang telah kita baca di atas (lih. Luk 10:38-42). Merenungkan kedua bacaan Injil yang ditawarkan Gereja pada hari ini, kita akan menemukan sesuatu yang khas dari sosok Marta, salah seorang pengikut setia Yesus yang paling awal.
Di satu pihak, Marta memiliki kepercayaan penuh kepada Yesus. Ketika Lazarus saudaranya wafat, ia mengungkapkan keyakinannya bahwa seandainya Yesus ada di situ sebelumnya, Lazarus pasti tidak akan mati (lih. Yoh 11:21). Selain itu ia juga percaya bahwa apapun yang diminta Yesus dari Bapa pasti akan dikabulkan (lih. Yoh 11:22). Sayangnya pemahaman Marta tentang Yesus masih keliru, karena ia masih belum percaya bahwa Yesus juga berkuasa atas maut dan memberikan kehidupan kembali. Itulah sebabnya Yesus perlu menegaskan kepada Marta, "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" (Yoh 11:25-26) Marta memang tidak mengerti sepenuhnya apa yang dikatakan Yesus itu. Tapi Marta sungguh percaya kepada-Nya. Kepercayaan itulah yang melahirkan jawaban terkenal dari Marta, "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia." (Yoh 11:27) Dari sudut pandang ini, kita bisa memahami mengapa Marta bisa menjadi santa atau orang kudus, yaitu sebab ia menaruh kepercayaan kepada Yesus, meskipun pemahamannya tentang Yesus masih sangat terbatas.
Di pihak lain, Marta merupakan pribadi yang tidak sempurna. Ia pun tidak terlepas dari dosa, kesalahan dan kelemahan. Hal tersebut paling jelas diperlihatkan dalam bacaan Injil hari ini. Ketika Yesus datang mengunjungi rumah mereka, Marta menyibukkan diri dengan melayani Dia, sedangkan Maria saudarinya memilih duduk di kaki Yesus dan mendengarkan perkataan-Nya. Dengan kesibukannya itu Marta kehilangan fokus terhadap Yesus, sebab perhatiannya terlalu dipusatkan pada begitu banyak hal kecil demi melayani Dia. Akibatnya, mulai muncullah rasa iri hati dalam diri Marta terhadap saudarinya, sehingga mendorongnya berkata, "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Barangkali Marta mengharapkan dukungan dari Yesus, tapi sebaliknya, yang diperoleh Marta justru sebuah teguran, "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
Bercermin dari kepingan-kepingan kisah Injil yang bercerita tentang Marta, kita bisa mengambil inspirasi sederhana bagi hidup kita sebagai anak-anak muda, yaitu: kekudusan atau kesucian itu tidak berarti orang tidak pernah berbuat dosa dan kesalahan. Sebaliknya, orang-orang kudus atau santo-santa juga pernah berdosa dan melakukan kesalahan. Itulah sebabnya mereka juga memerlukan rahmat penebusan dari Kristus. Jika demikian, lalu apa yang membuat mereka menjadi kudus? Mereka diberi gelar orang-orang kudus, karena mereka mencintai Allah, percaya penuh kepada-Nya serta berjuang untuk melayani-Nya. St Marta adalah salah satu contoh indah dari kesucian orang-orang kudus.
Teman-teman yang baik, sebagai anak-anak muda murid-murid Kristus, kita pun dipanggil untuk menghayati kesuciaan yang sama. Memang besar kemungkinan bahwa saat ini kita pun masih bergulat dengan yang namanya dosa dan kesalahan. Tapi marilah kita arahkan perhatian kita kepada Allah, dengan berusaha selalu mencintai, mengandalkan serta melayani Dia. Sebab tidak ada yang mustahil bagi Allah. Siapa tahu Dia pun menghendaki kita menjadi orang-orang kudus di masa depan, sama seperti St Marta.
Tuhan memberkati kita!
[Wsn]
Sumber gambar: https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/cc/f1/41/ccf14133236ce92913065fce5045481e.jpg