Jesus Our Yearning!

31 Januari 2015

Peringatan wajib St. Yohanes Bosko, Imam (P)

Bacaan I: Ibrani 11:1-2, 8-19
1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
2 Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita.
8 Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.
9 Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.
10 Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.
11 Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.
12 Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.
13 Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.
14 Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air.
15 Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ.
16 Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.
17 Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal,
18 walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu." 
19 Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.

Injil: Markus 4:35-41
35 Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang."
36 Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.
37 Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.
38 Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"
39 Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.
40 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"
41 Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?"

RENUNGAN
Teman-teman yang baik, hari ini Gereja Katolik seluruh dunia merayakan peringatan wajib St. Yohanes Bosco atau yang lebih akrab disapa Don Bosco. Dia adalah seorang imam dari Italia serta dikenal sebagai seorang pendidik, penulis, bapa dan guru bagi kaum muda, sebab seluruh hidupnya dibaktikan untuk melayani kaum muda. Selain itu, dia pun dikenal sebagai Bapa Pendiri dari tarekat Salesian Don Bosco (SDB) dan serikat putri-putri Maria Penolong Umat Kristen (FMA).
Orang kudus yang satu ini menempati posisi istimewa di hati saya, sebab di awal panggilanku untuk menjadi imam, Don Bosco sungguh menjadi sumber inspirasi dan semangat bagiku. Bahkan sampai dengan saat ini, ia masih tetap menjadi gambaran mengenai sosok imam yang ideal bagiku.
Kisah perjalanan hidupnya sungguh-sungguh luar biasa. Masa kecil Don Bosco dialami dengan penuh penderitaan, karena kemiskinan yang mendera mereka. Oleh sebab itu, seluruh keluarga Don Bosco sudah biasa bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Meski demikian kehidupan rohani tidak pernah mereka abaikan, karena mereka sungguh-sungguh percaya bahwa Tuhanlah sumber hidup mereka dan Dia akan menyediakan apa yang mereka butuhkan. Selain itu, keluarga Don Bosco juga memiliki devosi yang kuat kepada Bunda Maria. Bahkan Don Bosco sungguh-sungguh menganggap Bunda Maria sebagai ibunya sendiri.
Saya perlu mengakui, guys, bahwa amat sulitlah untuk menceritakan bagaimana luar biasanya Allah berkarya melalui pribadi Don Bosco, bahkan sejak ia masih kanak-kanak. Sebagai contoh, ia adalah seorang yang memiliki banyak talenta mulai dari olah raga, sulap, seni musik, dan sebagainya. Semasa hidupnya, Don Bosco banyak kali mengalami mimpi tentang masa depan, mulai dari hal-hal kecil seperti apa saja soal ujian keesokan harinya, maupun hal-hal besar seperti tanggal kematian anak-anak yang dibinanya. Ia pun memiliki iman yang sangat kokoh, dan berkat iman itulah ia telah membuat berbagai mukjizat, misalnya memperbanyak roti untuk makanan anak-anaknya; menurunkan hujan di tengah kekeringan; menyembuhkan mereka yang sakit; bilokasi (berada di dua tempat atau lebih pada saat yang bersamaan); serta membangkitkan anak-anak yang meninggal dunia supaya mereka dapat mengaku dosa sebelum kembali menghadap Allah. Bahkan ketika situasi politik dan keamanan mengancam keselamatannya, Allah mengirimkan seekor anjing besar yang diberi nama Grigio guna menjaga Don Bosco dari bahaya fisik atau kekerasan.
Terlepas dari segala mukjizat yang telah dilakukan Don Bosco semasa hidupnya, menurut saya ada dua hal yang paling berkesan bagiku dari pribadinya. Pertama, ia sungguh-sungguh percaya mutlak kepada Penyelenggaraan Ilahi. Sebab banyak kali di dalam hidupnya, ia mengalami situasi sulit, misalnya tidak ada lagi uang untuk membeli makanan bagi anak-anak ataupun untuk membangun Oratorium. Akan tetapi berkat imannya yang kuat, Penyelenggaraan Ilahi selalu menolongnya di saat yang tepat, dengan cara yang tak disangka-disangka. Kedua, ia juga percaya bahwa kita harus bergembira, karena menjadi pengikut Kristus. Maka cara yang tepat untuk melayani Tuhan Yesus adalah dengan bergembira, sambil tetap memelihara kesuciaan diri. Dalam hal ini, Don Bosco pernah berkata, "Biarkan anak-anak muda melompat, berlari, berteriak sekuat tenaga, asal jangan berbuat dosa." Yups, kita memang pantas untuk bergembira, sebab Allah mencintai kita. Dan kegembiraan itu memang selayaknya diungkapkan dengan cara kita sebagai anak muda. Di bawah bimbingan seorang imam yang begitu saleh, bijaksana dan gembira seperti Don Bosco ini, tidaklah mengherankan bahwa hampir semua anaknya tumbuh menjadi orang-orang yang sungguh memiliki keteguhan iman. Bahkan tidak sedikit pula dari mereka yang kelak menjadi imam, uskup, kardinal, serta orang kudus, misalnya St. Dominikus Savio.
Ketika merenungkan riwayat santo favoritku ini, saya menjadi yakin bahwa iman Don Bosco bertolak belakang dengan imam para rasul ketika perahu mereka dilanda taufan. Ini bukan berarti bahwa iman para rasul senantiasa lemah. Namun yang ingin disampaikan oleh Injil hari ini adalah kenyataan bahwa kita akan selalu terombang-ambing dalam ketakutan dan kecemasan, jika kita masih belum mengenal Tuhan Yesus secara mendalam, dan kita pun belum menyadari kehadiran-Nya di dalam hidup kita setiap hari. Hal itu jelas berbeda dengan iman Don Bosco yang meskipun harus menghadapi berbagai situasi sulit dan pelik, akan tetapi selalu percaya bahwa Tuhan Yesus dan Bunda Maria akan menolongnya.
Guys, semoga dari permenungan hari ini, kita pun bisa belajar untuk semakin mengenal Tuhan Yesus, sekaligus menyadari kehadiran-Nya setiap hari di dalam hidup kita. Dengan demikian sebesar apapun badai atau gelombang yang menerjang, iman kita tidak akan pernah gentar untuk menghadapinya.
St. Yohanes Bosco, doakanlah kami!

[Wsn]

30 Januari 2015

Hari biasa (H)

Bacaan I: Ibrani 10:32-39
32 Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat,
33 baik waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian.
34 Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya.
35 Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya.
36 Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.
37 "Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya.
38 Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya."
39 Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.

Injil: Markus 4:26-34
26 Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah,
27 lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.
28 Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.
29 Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba."
30 Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya?
31 Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi.
32 Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya."
33 Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka,
34 dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.

RENUNGAN
Kerajaan Allah seperti biji sesawi
Hey guys, ada sebuah film yang pernah saya saksikan dan sangat berkesan bagi saya secara pribadi. Judul film itu adalah "Pay It Forward". Film itu berkisah tentang seorang anak berusia delapan tahun bernama Trevor yang mendapat tugas dalam mata pelajaran Ilmu Sosial untuk membuat sebuah proyek guna membuat dunia ini menjadi berbeda, dengan melibatkan banyak orang. Singkat cerita, Trevor akhirnya mendapat ide untuk membuat sebuah proyek yang disebut "Pay It Forward". Proyek ini sendiri sebenarnya amat sederhana, yaitu Trevor akan melakukan kebaikan kepada seseorang, dan orang itu harus membalasnya dengan melakukan kebaikan kepada tiga orang lainnya, begitu seterusnya. Awalnya Trevor hanya bereksperimen saja di dalam proyeknya ini. Namun perlahan-lahan tanpa ia sadari proyeknya ini telah menyebarluas, hingga menjangkau seluruh penduduk kota tempat ia tinggal maupun kota-kota lainnya. Banyak orang ternyata merasa tertarik dan tersentuh dengan proyek Pay It Forward ini, sehingga mereka berusaha meneruskan kebaikan yang telah mereka terima kepada tiga orang lainnya yang menurut mereka membutuhkan bantuan. Dengan demikian, proyek Pay It Forward menjadi layaknya suatu upaya penyebaran virus kebaikan yang bisa dilemahkan, tapi tidak bisa dihentikan atau dimusnahkan sama sekali.
Di dalam dunia nyata, film Pay It Forward sendiri sebenarnya merupakan adaptasi dari novel berjudul sama, yang dikarang oleh Catherine Ryan Hyde. Namun banyak orang ternyata merasa tersentuh oleh film maupun novel ini, sehingga mereka akhirnya mendirikan Pay It Forward Foundation sebagai suatu organisasi yang memperhatikan serta mendukung kehidupan anak-anak maupun pendidikan mereka. Organisasi ini sekarang telah berkembang luas di berbagai negara di dunia. Meski demikian, mereka selalu berpegang pada sistem maupun  filosofi "Pay It Forward", yaitu meneruskan kebaikan yang telah kita terima kepada orang lain yang membutuhkan.
Teman-teman yang baik, saya percaya bahwa film "Pay It Forward" bisa menjadi gambaran tentang apa yang dikatakan dalam Injil hari ini, yakni bahwa Kerajaan Allah berkembang tanpa disangka-sangka dan bahwa Kerajaan Allah itu dimulai dari suatu hal kecil. Sebagaimana Trevor yang awalnya tidak menyadari bahwa kebaikan kecil yang ia lakukan untuk ibunya dan kepada orang-orang di sekitarnya ternyata bisa berkembang menjadi suatu gerakan yang besar, demikian pula Kerajaan Allah berkembang tanpa kita sadari, walau bisa jadi bahwa permulaannya hanyalah berupa suatu tindakan yang amat kecil.
Yups, bertolak dari permenungan hari ini, saya percaya bahwa meskipun kita hanyalah anak-anak muda yang mungkin biasa-biasa saja, namun jika kita punya niat dan tekad, kita bisa membuat suatu karya besar yang memperlihatkan bahwa Kerajaan Allah sudah ada di atas bumi ini. Untuk itu, kita bisa belajar dari film "Pay It Forward", yakni dengan melakukan kebaikan-kebaikan kecil kepada orang-orang yang membutuhkan di sekitar kita, tanpa pamrih atau mengharapakan imbalan dari mereka. Yang penting, kita percaya bahwa kita mampu melakukannya. Siapa tahu, kebaikan kita itu ternyata bisa menginspirasi mereka untuk menyebarkan kebaikan kepada orang-orang lainnya yang juga membutuhkan bantuan.
There is no wrong way to perform an act of kindness.

[Wsn]

29 Januari 2015

Hari biasa (H)

Bacaan I: Ibrani 10:19-25
19 Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,
20 karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,
21 dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. 
23 Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
24 Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
25 Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Injil: Markus 4:21-25
21 Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian.
22 Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap.
23 Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
24 Lalu Ia berkata lagi: "Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu.
25 Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya."

RENUNGAN
Cahaya dalam kegelapan
Teman-teman yang baik, apa yang muncul di benakmu ketika kamu mendengar ungkapan "mewartakan Injil atau Kabar Gembira kepada semua orang"? Apa yang bisa kamu lakukan untuk mewartakan Injil atau Kabar Gembira itu?
Saya yakin bahwa sebagian besar dari kita sudah tidak asing lagi dengan ungkapan itu, karena begitu sering diulang dalam Kitab Suci, misalnya dalam Injil atau Surat-surat dari Rasul Paulus. Bahkan dalam renungan harian ini pun, ungkapan tadi sering sekali digunakan. Namun masalahnya adalah apakah kita sebagai anak-anak muda mengerti bagaimana cara mewujudkan pewartaan Injil itu? Sebab bisa jadi ungkapan tadi hanya sekedar menjadi ungkapan indah belaka, yang tidak kita ketahui cara menyatakannya dalam hidup kita sehari-hari.
Berdasarkan pengalaman saya, banyak anak muda mengatakan bahwa untuk bisa mewartakan Injil atau Kabar Gembira berarti kita harus berkhotbah, menceritakan tentang Tuhan Yesus kepada teman-teman yang beragama lain, berbuat baik dan sebagainya. Jawaban tadi memang tidak salah. Akan tetapi berapa banyakkah dari kita sanggup melakukannya? Makanya jangan heran bahwa tidak sedikit anak muda menganggap pewartaan Injil tadi sebagai tugasnya para Pastor, Bruder, Suster dan Frater. Dengan kata lain, menurut mereka pewartaan Injil bukanlah tugas anak-anak muda yang saat ini sedang sibuk belajar, kuliah atau mencari pekerjaan. Sebagai akibatnya, mereka pun menjadi cuek, tidak peduli, dan diam saja terhadap tugas pewartaan itu. Namun menurutmu sendiri, apakah anggapan dan sikap mereka tadi tepat bagi kita selaku murid-murid Kristus?
Bacaan Injil hari ini menurut saya sangat menarik, karena menggambarkan apa yang bisa kita lakukan sebagai anak-anak muda untuk menjadi pewarta Injil atau Kabar Gembira yang sesungguhnya. Dalam Injil tadi, Tuhan Yesus berkata: " Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian" (Mrk 4:21) Dari perkataan Tuhan Yesus itu, saya yakin kita bisa belajar bahwa untuk menjadi anak-anak muda pewarta Injil, yang bisa kita lakukan adalah dengan menjadi terang atau cahaya bagi mereka yang masih berada dalam kegelapan. Dan untuk menjadi terang atau cahaya ini, kita tidak perlu melakukan hal-hal besar, melainkan cukup dengan melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar. Sebagai contoh, kita mungkin merasa tidak mampu untuk menolong teman kita yang tengah mengalami masalah atau dukacita. Namun kita tetap bisa menjadi cahaya bagi dia dengan hadir menemaninya serta mendengarkan keluh-kesahnya. Meskipun kita tidak bisa memberikan kata-kata untuk menghibur dan menguatkannya, namun sekurang-kurangnya kehadiran kita bisa menjadi tanda bahwa Allah mengasihinya dan tidak pernah meninggalkannya sendirian. Kita mungkin tidak bisa menolong seorang pengemis atau anak jalanan, karena tidak ada uang yang tersisa di dalam saku kita. Namun kita masih tetap mampu menjadi cahaya bagi dia lewat sapaan serta sikap kita yang penuh persahabatan kepadanya.
Dan akhirnya, ada satu cahaya yang tidak pernah boleh pudar dari diri kita adalah cahaya sukacita atau kegembiraan. Kita mungkin tidak pernah menyadari seberapa dahsyatnya kekuatan kegembiraan ini. Namun sebagaimana dikatakan oleh Paus Fransiskus bahwa menjadi pewarta Injil berarti menjadi orang yang selalu bergembira. Sebab bagaimana mungkin kita bisa membuat orang lain tertarik untuk mengenal Tuhan Yesus, kalau kita yang mengaku diri sebagai pengikut-Nya selalu saja berwajah muram, dilanda galau, serta sulit tersenyum dan tertawa? Maka marilah kita mulai tersenyum dan tertawa. Mari kita tunjukkanlah kegembiraan kita sebanyak-banyaknya, agar orang lain pun turut bergembira dan memuji Allah Bapa di surga.
Semoga kita selalu bercahaya!

[Wsn]

28 Januari 2015

Peringatan wajib St. Thomas Aquino, Imam dan Pujangga Gereja (P)

Bacaan I: Ibrani 10:11-18
11 Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa.
12 Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, 
13 dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya.
14 Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.
15 Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita,
16 sebab setelah Ia berfirman: "Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu," Ia berfirman pula: "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, 
17 dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka."
18 Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa.

Injil: Markus 4:1-20
1 Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu.
2 Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka:
3 "Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.
4 Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.
6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah.
8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat."
9 Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
10 Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu.
11 Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan,
12 supaya:Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap,sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti,supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun."
13 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain?
14 Penabur itu menaburkan firman.
15 Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka.
16 Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira,
17 tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad.
18 Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu,
19 lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
20 Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat."

RENUNGAN
Thomas Aquino
Guys, pernahkah kalian mendengar lagu himne Tantum Ergo? Kalau kalian pernah mengikuti Misa Jumat Pertama atau Misa Kamis Putih, saya yakin kalian pasti pernah mendengar lagu ini dinyanyikan, terutama pada bagian Adorasi atau Penyembahan kepada Sakramen Mahakudus. Yups, lagu ini memang merupakan suatu himne yang sangat indah dan mengandung makna yang amat dalam. Namun tahukah kalian siapa yang menulis himne ini? Dia tidak lain adalah St. Thomas Aquino yang hari ini kita rayakan peringatannya.
Berikut ini adalah riwayat hidup dari St. Thomas Aquino sebagaimana dikutip dari situs Iman Katolik:
Thomas lahir di Aquino, dekat Monte Cassino, Italia pada tahun 1225. Keluarganya adalah sebuah keluarga bangsawan yang kaya raya. Ayahnya adalah Pangeran Landulph, berasal dari Aquino, sedang ibunya adalah Theodors, adalah putri bangsawan dari Teano.
Ketika berusia 5 tahun, Thomas dikirim kepada para rahib Benediktin di biara Monte Cassino untuk memperoleh pendidikan. Di sana Thomas memperlihatkan suatu kepandaian yang luar biasa. Ia belajar dengan tekun, giat berefleksi serta tertarik pada segala sesuatu tentang Tuhan. Ketika berusia 14 tahun, Abbas Monte Cassino, yang kagum akan kepintaran Thomas mengirimnya ke Universitas Napoli.
Di universitas itu, Thomas berkembang pesat dalam pelajaran filsafat, logika, retorika, musik dan matematika. Ia bahkan jauh lebih pintar dari guru-gurunya pada masa itu. Di Napoli, untuk pertama kalinya ia bertemu dengan karya-karya Aristoteles, sang filsuf dari Yunani, yang sangat mempengaruhi pandangan-pandangannya di kemudian hari.
Thomas yang tetap menjauhi semangat duniawi dan korupsi yang merajalela di Napoli, segera memutuskan untuk menjalani kehidupan membiara. Ia tertarik pada corak hidup dan karya pelayanan para biarawan Ordo Dominikan yang tinggal di sebuah biara dekat kampus  tempat ia belajar. VERITAS (kebenaran) yang menjadi motto bagi para Biarawan Dominikan sangat menarik perhatian Thomas. Namun keluarganya berusaha menghalang-halangi dia agar tidak menjadi seorang biarawan Dominikan. Mereka lebih suka kalau Thomas menjadi seorang biarawan Benediktin di biara Monte Cassino. Untuk itu berkat pengaruh keluarganya, dia diberi kedudukan sebagai Abbas di biara Monte Cassino. Tetapi Thomas dengan gigih menolak hal itu. Agar bisa terhindar dari campur tangan keluarganya, ia pergi ke Paris untuk melanjutkan studi. Tetapi di tengah jalan, ia ditangkap oleh kedua kakaknya dan dipenjarakan di Rocca Secca selama 2 tahun. Selama berada di penjara itu, keluarganya memakai berbagai cara untuk melemahkan ketetapan hatinya. Meskipun demikian, Thomas tetap teguh pada pendirian dan panggilannya.
Di dalam penjara itu, Thomas menceritakan rahasianya kepada seorang sahabat, bahwa ia telah mendapat rahmat istimewa. Ia telah berdoa meminta kemurnian budi dan raga pada Tuhan. Dan Tuhan mengabulkan permohonannya dengan mengutus dua orang malaekat untuk meneguhkan dia dan membantunya agar tidak mengalami cobaan-cobaan yang kotor dan berat.
Selama berada di penjara, Thomas diijinkan membaca buku-buku rohani dan terus menerus mengenakan jubah Ordo Dominikan. Ia menggunakan waktunya untuk mempelajari Kitab Suci, Metafisika Aristoteles dan buku-buku dari Petrus Lombardia. Ia sendiri membimbing saudarinya dalam merenungkan Kitab Suci, hingga akhirnya tertarik juga menjadi biarawati. Akhirnya keluarganya menerima kenyataan bahwa Thomas sama sekali tidak dapat dipengaruhi. Mereka membebaskan Thomas dan membiarkan dia meneruskan panggilannya sebagai seorang biarawan Dominikan.
Untuk sementara Thomas belajar di Paris. Ia kemudian melanjutkan studinya di Cologna, Jerman di bawah bimbingan Santo Albertus Magnus, seorang imam Dominikan yang terkenal pada waktu itu.
Di Cologna, Thomas ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1250. Pada tahun 1252 ia diangkat menjadi Professor Universitas Paris dan tinggal di biara Dominikan Santo Yakobus. Ia mengajar Kitab Suci dan lain-lainnya di bawah bimbingan seorang professor kawakan. Tak seberapa lama Thomas terkenal sebagai seorang pujangga yang tak ada bandingnya pada masa itu. Ia jauh melebihi St. Albertus Magnus, pembimbingnya di Cologna, dalam pemikiran dan kebijaksanaan.
Tulisan-tulisannya menjadi harta Gereja yang tak ternilai hingga saat ini. Taraf kemurnian hatinya tidak kalah dengan ketajaman akal budinya yang mengagumkan; kerendahan hatinya tak kalah dengan kecerdasan budi dan kebijaksanaannya. Oleh karena itu, Thomas diberi gelar Doctor Angelicus, yang berarti Pujangga Malaekat.
Pada tahun 1264, ia ditugaskan oleh Sri Paus Urbanus IV (1261 - 1264) untuk menyusun teks liturgi Misa dan Ofisi pada Pesta Sakramen Mahakudus. Lagu-lagu pujian (himne) ciptaannya, antara lain Sacris Solemniis, Pange Lingua dan Lauda Sion, menunjukkan keahlian Thomas dalam sastra Latin dan Ilmu teologi.
Thomas juga pernah menerima suatu penampakan rohani. Dalam penampakan itu, Tuhan Yesus yang Tersalib mengatakan kepada Thomas demikian: "Engkau telah menulis sangat baik tentang diri-Ku. Balasan apakah yang kau inginkan daripada-Ku?"
Thomas menjawab: "Tidak lain hanyalah diri-Mu, Tuhan".
Thomas meninggal dunia di Fossa Nuova pada tahun 1274, ketika ia tengah di dalam perjalanan untuk menghadiri Konsili Lyon, Prancis.
Ketika saya merenungkan perjalanan hidup St. Thomas Aquino, saya menjadi yakin bahwa hidupnya merupakan gambaran tentang tanah yang baik dan menghasilkan buah berlimpah, sebagaimana telah kita dengar dalam perumpamaan yang di sampaikan oleh Tuhan Yesus hari ini. Sebab tanah yang baik adalah orang yang mendengar serta menyambut firman itu, lalu berbuah. Dan St. Thomas Aquino telah melaksanakan firman Tuhan itu dengan sangat baik.
Maka pertanyaan yang layak kita refleksikan hari ini: Bagaimana dengan diriku sendiri? Termasuk jenis tanah apakah aku ini?
Janganlah kita langsung merasa takut atau cemas, jika diri kita ternyata merupakan tanah yang masih kurang baik. Sebab selalu ada harapan untuk kita, karena Tuhan amat mencintai kita. Oleh sebab itu mari kita berubah; mari kita mendengarkan sabda-Nya dengan sungguh-sungguh, menyambutnya dengan penuh sukacita dan iman, serta melaksanakan-Nya di dalam kasih. Dengan demikian tanpa kita sendiri, diri kita telah berubah menjadi tanah subur dan hidup kita menjadi berkat bagi banyak orang.
The things that we love tell us what we are

[Wsn]

27 Januari 2015

Hari biasa (H)

Bacaan I: Ibrani 10:1-10
1 Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.
2 Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya.
3 Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa.
4 Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.
5 Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki — tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku —.
6 Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan.
7 Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku."
8 Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" — meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat —.
9 Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.
10 Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.

Injil: Markus 3:31-35
31 Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia.
32 Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: "Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau."
33 Jawab Yesus kepada mereka: "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?"
34 Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku!
35 Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."

RENUNGAN
Bersahabat dengan Yesus
Teman-teman pasti punya sahabat atau teman masa kecil kan? Umumnya hubungan yang terjalin dari pertemanan tersebut sangat akrab, sehingga tidak jarang kita juga menjadi akrab dengan orang tua dan saudara teman kita sendiri. Kita sering main ke rumah teman kita, menginap di rumah teman kita, curhat bersama, serta makan bersama. Secara tidak langsung, hubungan persahabatan ini akan menghasilkan keluarga baru, di mana kita menganggap orang tua teman kita sebagai orang tua kita sendiri, akibat ikatan persahabatan yang erat tadi.
Nah, dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengalami hal yang sama. Jika kita refleksikan perkataan Yesus kepada orang banyak yang mendengarkan pengajaran-Nya, sepintas kita memperoleh kesan bahwa Ia menyangkal ibu-Nya. Akan tetapi yang terjadi sebenarnya tidaklah demikian. Sebaliknya, Yesus malah memuji ibu-Nya. Bunda Maria adalah ibu yang sangat hebat bagi Yesus, karena ia sanggup menjalankan kehendak Allah dan Bunda Maria juga tahu akan tugas serta tanggung jawabnya untuk melaksanakan sabda puteranya. Dalam hal inilah Tuhan Yesus berpesan kepada para pendengar-Nya, termasuk diri kita, bahwa bukan hanya Maria yang bisa dianggap sebagai ibu-Nya, tetapi orang lain juga. Mengapa demikian? Karena seperti cerita tadi, jika kita telah bersahabat dengan Yesus, lama-kelamaan hubungan kekeluargaan dengan Yesus semakin erat. Secara kita tahu bahwa Yesus adalah anak Allah, jadi kita juga pasti sungguh-sungguh menjadi anak-anak Allah. Teman-teman tentu bangga kan bisa dianggap sebagai saudara Yesus? 
Sebelumnya coba kita bertanya pada diri sendiri. Kita mengaku sebagai orang Katolik, pengikut Yesus, dan anak Allah berkat Sakramen Baptis yang kita terima. Dalam berdoa kita pun tidak jarang menyebut Tuhan Yesus sebagai sahabat atau saudara kita. Tapi persoalannya, apakah kita sungguh-sungguh memperlakukan diri kita selayaknya saudara bagi Yesus? Saudara yang selalu ingin dekat dengan-Nya dan mengasihi Dia sepenuh hati. Atau sebaliknya, jangan-jangan kita ini terus-menerus membuat Dia malu dengan cara hidup kita? Semoga tidak. Lalu, bagaimana cara kita bersahabat dengan Yesus? Jawabannya simple, cukup dengan mendengarkan dan melaksanakan perkataan Yesus. Layaknya sebuah persahabatan, kita butuh rasa saling memiliki, pengertian, dan simpati. Hati kita menyatu dengan-Nya dalam iman, sehingga kita mengerti bahwa Yesus hadir di dunia untuk menebus dosa-dosa kita selama ini. Sesuai dengan bacaan pertama hari ini, Ia datang hanya sekali untuk mempersembahkan diri-Nya pada Allah (lih. Ibr. 10:10). Sikap pengertian itu dapat kita balas dengan melaksanakan kehendak Allah sesuai apa yang Yesus ajarkan pada kita. Dan rasa simpati itu dapat kita wujudkan kepada sesama dengan menyebarkan kebaikan yang Tuhan sendiri telah berikan kepada kita, agar semakin eratlah hubungan persahabatan kita yang terjalin bersama Yesus.
Tuhan Yesus memberkati!

[BRNDT]

26 Januari 2015

Peringatan wajib St. Timotius dan St. Titus, Uskup (P)

Bacaan I: Ibrani 9:15, 24-28
15 Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.
24 Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita.
25 Dan Ia bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri.
26 Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya.
27 Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,
28 demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia. 

Injil: Markus 3:22-30
22 Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: "Ia kerasukan Beelzebul," dan: "Dengan penghulu setan Ia mengusir setan."
23 Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: "Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis?
24 Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan,
25 dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan.
26 Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya.
27 Tetapi tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu.
28 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan.
29 Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal."
30 Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat.

RENUNGAN
Jangan Iri
Teman-teman, coba ingat kembali, pernah tidak kalian merasa tersaingi oleh teman kalian? Mungkin kalian berpikir dalam hati, teman saya lebih ganteng atau lebih cantik. Atau kalian merasa teman kalian lebih terkenal, lebih pintar, atau memiliki lebih banyak keunggulan? Sadar atau tidak teman-teman, jika kita sudah menganggap teman kita sebagai saingan, percayalah, kita pasti akan membencinya. Nah, kalau kita sudah membenci teman kita, kita pasti berusaha untuk menjatuhkannya. Yah, kita bisa menggunakan segala cara untuk menjatuhkan teman kita, salah satunya kita menjatuhkan tuduhan yang bukan-bukan kepada teman kita itu. Di hadapan orang lain kita berusaha menjelek-jelekkan dia padahal teman kita tidak seperti itu. Lalu, kalaupun kita berhasil membuat teman kita jatuh, apakah kita merasa diuntungkan? Tidak. Toh kita tidak menjadi lebih ganteng, atau lebih cantik, atau lebih pintar. Singkatnya, kelebihan teman kita itu tidak akan berpindah ke kita. Malahan tuduhan-tuduhan tadi itu akan membuat teman kita semakin kuat dan sabar! Nah, daripada membenci teman yang punya keunggulan dari kita, mendingan kita bersahabat dengannya. Dengan bersahabat dengannya, dia pasti tidak akan ragu mengajari kita sehingga kita bisa lebih pintar, atau memberikan solusi sehingga kita juga bisa tampil lebih keren atau singkatnya teman kita pasti akan membagi keunggulannya kepada kita.
Yesus pernah mengalami hal serupa. Kita tahu Yesus lebih populer, punya lebih banyak pengikut, dan lebih dicintai banyak orang dibandingkan dengan ahli-ahli Taurat. Akibatnya ahli-ahli Taurat menjadi iri dan benci kepada Yesus. Mereka menganggap Yesus sebagai saingan, tetapi Yesus tidak pernah menganggap mereka sebagai saingan. Mereka sudah berusaha mencari cara untuk menjatuhkan-Nya, salah satunya dengan menuduh Yesus bahwa Ia juga kerasukan roh jahat. Namun, tuduhan itu tentu dapat dibantahkan oleh Yesus karena tuduhan itu tidak benar. Yesus berkata kepada orang Farisi itu bahwa orang yang menghujat Roh Kudus akan tidak diampuni selama-lamanya karena mereka telah melakukan dosa kekal (lih Mrk 3:29).
Teman-teman, semoga kita tidak mencontoh sikap ahli-ahli Taurat tadi dengan menjadi pribadi yang selalu berpikir positif dan tidak menganggap orang lain sebagai saingan.
Have a Blessed Monday!

[TW]

25 Januari 2015

Hari Minggu Biasa III (H)

Bacaan I: Yunus 3:1-5, 10
1 Datanglah firman TUHAN kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian: 
2 "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu."
3 Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya. 
4 Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan."
5 Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung.
10 Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya. 

Bacaan II: 1 Korintus 7:29-31
29 Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri;
30 dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli;
31 pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu.

Injil: Markus 1:14-20
14 Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, 
15 kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" 
16 Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.
17 Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
18 Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. 
19 Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu.
20 Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.

RENUNGAN
Yesus tampil di Galilea
Hey guys, Selamat hari Minggu! Hari ini Gereja memasuki Hari Minggu Biasa III. Jika teman-teman membaca dan merenungkan bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini dengan sungguh-sungguh, nampak ada satu tema yang menonjol dari ketiga bacaan tadi, yaitu: Jangan hidup dalam kemewahan duniawi.
Yups, hari ini Tuhan ingin mengingatkan akan perilaku kita sekarang ini yang cenderung terlalu nyaman dengan berbagai hal duniawi yang kita miliki. Akibatnya, sadar atau tidak, hidup kita pun mulai menjauh dari Tuhan. Sebagai contoh, banyak anak muda saat ini tidak bisa melepaskan gadget dari tangan mereka. Bahkan mereka seringkali lebih mengutamakan chattingan, nonton film, main games, sehingga akhirnya mereka melalaikan doa, Misa, ataupun berbincang-bincang dengan keluarga maupun sahabat. Hal lain yang juga amat memprihatinkan pada zaman ini adalah banyak anak muda ternyata tidak lagi punya tujuan di dalam hidupnya. There is no purpose in their life. Makanya jangan heran, jika mereka mulai menyia-nyiakan hidup mereka dengan memakai narkoba, tenggelam dalam pergaulan yang tidak baik, serta terus-menerus merasa depresi dan putus asa.
Saya percaya bahwa sikap-sikap seperti tadi telah membuat Tuhan kecewa, sehingga Ia ingin memberikan malapetaka pada umat-Nya, dengan maksud untuk menyadarkan dan mendidik mereka supaya menjadi lebih baik. Kiranya tidak tepatlah kalau kita menganggap keputusan Tuhan itu jahat dan tidak adil, sebab di satu pihak, Ia terpaksa melakukan itu demi kasih-Nya kepada manusia. Ia tidak rela umat-Nya terus tenggelam dan mengalami hidup yang sia-sia, akibat cara hidup mereka yang keliru. Di pihak lain, Tuhan itu bersikap sabar dan penuh belas kasih kepada manusia, sehingga selalu ada kesempatan kedua bagi mereka untuk berubah menjadi lebih baik. Salah satu contoh sikap Tuhan yang sabar dan berbelas kasih tadi nampak dalam Bacaan I hari ini, di mana Allah meminta Nabi Yunus untuk menyerukan pertobatan kepada kaum Niniwe, karena mereka hidup dalam kemewahan dan kekerasan. Nabi Yunus pun kemudian pergi ke kota Niniwe dan menyerukan kepada para penduduk bahwa dalam empat puluh hari lagi kota itu akan ditunggangbalikkan (lih. Yun 3:4). Syukurlah penduduk Niniwe ternyata bukanlah orang-orang yang keras kepala, sehingga mereka pun segera mengumumkan puasa dan mengenakan kain kabung, sebagai tanda bahwa mereka berbalik dari dosa-dosa yang telah dilakukan. Hasil akhirnya sudah kita ketahui; Tuhan pun menyesali malapetaka yang telah dirancangkan-Nya kepada mereka, sehingga Ia membatalkannya. Inilah bukti nyata dari kesabaran dan belas kasih Tuhan yang begitu besar kepada manusia. Hanya satu hal yang sangat diharapkan Tuhan dari kita, yaitu kita bertobat dan kembali kepada-Nya.
Bacaan II hari ini juga memuat pesan yang bermakna mendalam, yaitu agar kita tidak lagi mengikatkan diri kepada hal-hal duniawi. Kita diingatkan oleh Rasul Paulus bahwa dunia ini singkat, maka kita harus meninggalkan segala hal-hal duniawi dalam diri kita, karena segala yang kita dapatkan di dunia ini akan berlalu (lih. 1Kor 7:31b). Ini tidak berarti bahwa kita tidak boleh memiliki barang-barang yang kita butuhkan, misalnya pakaian, rumah, gadget, dan sebagainya. Namun bacaan II hari ini mengajak kita untuk belajar hidup secara lepas bebas: memiliki dan mempergunakan barang-barang duniawi, tanpa menjadi terikat kepada barang-barang itu. Sebab sekuat apapun kita menggenggam barang-barang tadi, pada satu saat kita pun tetap harus meninggalkan semuanya, yaitu ketika kita harus kembali pulang ke rumah Bapa.  
Pada akhirnya, pesan dari kedua bacaan tadi semakin diperkuat dengan seruan Yesus dalam Injil hari ini ketika Ia tampil ke Galilea. Ia memperingatkan kita bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percaya kepada Injil (Mrk 1:15). Yesus berpesan agar hidup secara kudus di hadapan Allah. Ia mau agar kita mengikuti-Nya, menjadi utusan Tuhan, mewartakan kerajaan Allah, dan menyerukan pertobatan, karena sekarang ini perbuatan duniawi mulai merajalela. Jangan sampai hal-hal yang bersifat duniawi menguasai kita. 
Nah, hari ini kita pun punya misi yang sama seperti Nabi Yunus dan murid-murid Yesus, yaitu mengajak teman-teman lain agar tidak hidup dalam kemewahan duniawi dan mulai berpegang teguh dalam Injil. Tuhan sungguh menyayangi kita, maka kita pun perlu mengingatkan satu sama lain. Perbuatan kecil yang teman-teman bisa lakukan misalnya dengan membatasi diri dalam memakai gadget, tidak berfoya-foya, dan menggunakan uang untuk membeli barang sesuai kebutuhan. Hal-hal lain yang juga bisa kita lakukan adalah berusaha dengan tekun untuk membaca serta merenungkan Kitab Suci, berdoa, dan mengikuti Misa, sebab hanya dengan menjalin relasi akrab dengan Tuhan sajalah, kita akan memperoleh kekuatan untuk mengalahkan kecenderungan-kecenderungan yang tidak baik di dalam diri kita maupun sesama. Perbuatan itu memang kecil, tapi bisa berdampak besar jika kita dengan sukarela mengingatkan satu sama lain. Jadi bersiaplah, sebab Tuhan mengutus kita!
God bless you!

[BRNDT]

24 Januari 2015

Peringatan wajib St. Fransiskus dari Sales, Uskup dan Pujangga Gereja (P)
Hari ketujuh Pekan Doa Sedunia

Bacaan I: Ibrani 9:2-3, 11-14
2 Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus.
3 Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus.
11 Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, — artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, —
12 dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal.
13 Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah,
14 betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.

Injil: Markus 3:20-21
20 Kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah. Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makan pun mereka tidak dapat.
21 Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi.

RENUNGAN
Santo Fransiskus dari Sales
Hari ini adalah peringatan wajib St. Fransiskus dari Sales, Uskup Jenewa, Pujangga Gereja, dan pelindung pers Katolik sedunia. Dia adalah orang yang sangat cerdas di universitasnya dan lulus dengan nilai yang gemilang. Namun karena panggilan Tuhan yang semakin kuat, ia memutuskan untuk meninggalkan segala tawaran pekerjaan yang lebih menggiurkan kemudian menjadi Imam, meskipun ayahnya sempat tidak setuju dengan keinginannya. Ia mulai melanjutkan studi di Collège de Clermon yang dijalankan oleh para Yesuit. Dan seperti biasa, ia mendapatkan hasil yang memuaskan. Fransiskus kemudian ditahbiskan menjadi seorang Imam pada akhir tahun 1593 dan ia mulai berkarya di daerah Jenewa yang masih menganut Protestan Kalvinis. Berkat kegigihan dan rahmat Tuhan yang menyertainya, akhirnya ia mampu mempertobatkan mereka dan kembali ke ajaran Katolik. Fransiskus dikenal sebagai imam yang sabar dan saleh, bahkan sikap tersebut masih melekat dalam dirinya ketika sudah menjadi Uskup. Fransiskus juga dikenal akan buku-buku yang ditulisnya dan oleh sebab itu, pada tahun 1923 Fransiskus diangkat menjadi Orang Kudus oleh paus Pius XI sekaligus menjadi pelindung pers Katolik dan para penulis Katolik. Selain karena kesalehannya, Ia pun memiliki devosi mendalam kepada Hati Yesus yang Mahakudus, yang melambangkan kasih Kristus yang menebus dosa manusia. Dengan semangat pelayanannya yang membara itulah, selama masa hidupnya, Fransiskus telah mendirikan sejumlah sekolah serta Ordo Visitasi (tarekat Suster-suster Salesian) yang ia dirikan bersama seorang biarawati, Sr. Jeanne-Francoise de Chantal.
Nah, dari kisah tadi, saya dapat simpulkan kalau Yesus sang Imam Besar telah hadir dalam diri kita masing-masing, Yesus mau berdoa pada kita agar semua mau mendengarkan panggilan-Nya, seperti ajaran Yesus sendiri untuk mencari murid-murid-Nya. Janganlah takut untuk mengakui kesalahan teman-teman, karena Yesus sendiri sudah melunasinya dulu dengan penderitaan yang sangat berat. Yesus telah diberi tugas untuk mau memberi obat dan menyembuhkan orang lain.
So, jadilah orang yang siap diutus Yesus, dan wartakanlah Kerajaan Allah di daerah di mana Injil belum dihidupi dan biarkanlah Roh Kudus Tuhan turun atas teman-teman semua.
Good Morning and God Bless You!

[BRNDT]

23 Januari 2015

Hari biasa (H)
Hari keenam Pekan Doa Sedunia

Bacaan I: Ibrani 8:6-13
6 Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi.
7 Sebab, sekiranya perjanjian yang pertama itu tidak bercacat, tidak akan dicari lagi tempat untuk yang kedua.
8 Sebab Ia menegor mereka ketika Ia berkata: "Sesungguhnya, akan datang waktunya," demikianlah firman Tuhan, "Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda, 
9 bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka, pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Sebab mereka tidak setia kepada perjanjian-Ku, dan Aku menolak mereka," demikian firman Tuhan.
10 "Maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu," demikianlah firman Tuhan. "Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.
11 Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya, atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku.
12 Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka."
13 Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya.

Injil: Markus 3:13-19
13 Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya.
14 Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil
15 dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan.
16 Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus,
17 Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberi-Nya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh,
18 selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot,
19 dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia.

RENUNGAN
Yesus dan keduabelas rasul
Hey guys, salam hangat dari kota Manila, Filipina. Sekarang saya tengah mengikuti sejumlah sessi serta retreat di kota ini untuk menyegarkan kembali hidup rohaniku sekaligus mendalami panggilanku sebagai seorang frater, calon imam Gereja Katolik. Oleh sebab itu secara pribadi saya merasa bahwa Injil hari ini sangat menyentuh bagiku, karena memberikan suatu gambaran berbeda tentang bagaimana sesungguhnya Tuhan memanggil kita untuk menjadi pengikut-pengikut-Nya.
Teman-temanku yang baik, pernahkah kamu merasa jatuh cinta kepada Tuhan Yesus?
Bagi kita, anak-anak muda yang hidup di zaman ini, pertanyaan tadi mungkin kedengaran lucu dan aneh. Sebab pada kenyataannya, kita memang lebih mudah untuk jatuh cinta dengan apa atau siapa yang bisa kita lihat dengan mata. Buktinya, hati kita lebih mudah tergerak ketika melihat seorang pemuda tampan, gadis yang menawan, ataupun pengemis yang kondisinya memprihatinkan. Namun untuk jatuh cinta kepada Tuhan Yesus nampaknya itu lebih sulit untuk kita rasakan, karena kita berpikir bahwa Tuhan Yesus itu jauh di surga sana. Dia tidak lagi tinggal di dunia bersama kita, sehingga kita tidak lagi bisa melihat dan mengalami kehadiran-Nya. Makanya jangan heran, ketika kita berdoa seringkali kita ini jadi seperti robot yang melontarkan kata-kata secara otomatis, itu-itu saja, tanpa konsentrasi dan bahkan hati kita pun tidak tergerak sama sekali oleh doa kita. Semua itu kiranya terjadi karena suatu alasan, yaitu: meskipun di bibir kita mengakui bahwa kita mengasihi Tuhan, namun di hati kita seringkali tidak ada perasaan jatuh cinta kepada-Nya.
Padahal sebagaimana diceritakan dalam Injil hari ini, Tuhan Yesus memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan kemudian Dia memberi tugas untuk mewartakan Kabar Gembira serta menganugerahkan kuasa kepada mereka untuk mengusir setan. Dia menentukan pilihan-Nya tadi dengan bebas, namun selalu didasari oleh kasih dan pengenalan yang benar akan mereka yang dipilih-Nya. Itulah asal mula berdirinya kelompok yang disebut sebagai keduabelas rasul.
Guys, lewat Sakramen Baptis yang telah kita terima, sebenarnya itu merupakan salah satu cara Tuhan untuk memanggil dan memilih kita untuk menjadi pengikut-Nya, sebagaimana Dia telah memilih keduabelas rasul. Lalu mengapa Dia memanggil dan memilih kita? Alasannya sederhana, karena Dia begitu mengenal dan mengasihi diri kita. Bahkan karena Tuhan amat mencintai kita, maka setiap hari Dia mencurahkan berkat-berkat-Nya yang tak terhitung banyaknya ke atas diri kita. Dan Tuhan hanya punya satu harapan sederhana, bahwa kita pun akan menanggapi cinta yang telah diberikan-Nya itu, dengan cara melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya, yaitu mewartakan Kabar Gembira. Oleh sebab itu amatlah mengherankan, kalau berhadapan dengan Tuhan yang sebaik ini tidak membuat kita menjadi jatuh cinta kita kepada-Nya. Itu berarti ada yang salah dengan diri kita.
Teman-teman yang baik, lewat Injil hari ini kita diajak untuk menelusuri kembali perjalanan hidup kita selama ini, khususnya untuk menemukan momen-momen di mana kita sungguh merasakan kasih Tuhan yang begitu nyata. Temukanlah peristiwa istimewa tadi, amatilah siapa saja yang terlibat di dalamnya, dan resapilah perjumpaan dengan Tuhan itu. Mudah-mudahan dengan cara ini, hati kita dapat kembali berkobar, karena kita jatuh cinta lagi kepada-Nya.
Selamat mencintai!

[Wsn]

22 Januari 2015

Hari biasa (H)
Hari kelima Pekan Doa Sedunia

Bacaan I: Ibrani 7:25-8:6
25 Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.
26 Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga,
27 yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban.
28 Sebab hukum Taurat menetapkan orang-orang yang diliputi kelemahan menjadi Imam Besar, tetapi sumpah, yang diucapkan kemudian dari pada hukum Taurat, menetapkan Anak, yang telah menjadi sempurna sampai selama-lamanya.
1 Inti segala yang kita bicarakan itu ialah: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga,
2 dan yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia.
3 Sebab setiap Imam Besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan persembahan dan karena itu Yesus perlu mempunyai sesuatu untuk dipersembahkan.
4 Sekiranya Ia di bumi ini, Ia sama sekali tidak akan menjadi imam, karena di sini telah ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat.
5 Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: "Ingatlah," demikian firman-Nya, "bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu."
6 Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi.

Injil: Markus 3:7-12
7 Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea,
8 dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya.
9 Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya.
10 Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya.
11 Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: "Engkaulah Anak Allah."
12 Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.

RENUNGAN
Yesus menyembuhkan anak laki-laki
Sekarang ini popularitas menjadi hal utama. Banyak orang termasuk saya sendiri pernah berusaha untuk menjadi orang yang populer dan dikenal banyak orang, karena hal-hal yang baik yang kita lakukan. Contohnya, kita menolong teman bukan karena kita punya niat tulus, tapi supaya kita dikenal orang. Atau bisa juga kita menolong seseorang karena kita punya tujuan lain, misalnya untuk menarik simpati atau dukungan. Setelah tujuan kita tercapai, kita pun tidak lagi mau menolong orang lain.
Guys, Jika kita melihat Injil pada hari ini, apa yang sudah dilakukan Yesus sangat berbeda dengan apa yang terjadi sekarang ini. Dari bacaan Injil hari ini kita mengetahui bagaimana Yesus begitu terkenal, sehingga banyak sekali orang ingin mengikuti Dia. Alasan orang-orang mengikuti Dia, karena mereka telah melihat apa yang dilakukan-Nya, seperti membuat mukjizat, menyembuhkan banyak orang, dan mengusir roh-roh jahat. Namun perlu diingat bahwa Yesus melakukan semua itu tanpa maksud untuk mencari popularitas. Yesus tidak ingin Ia dikenal banyak orang, sehingga Ia melarang roh-roh jahat itu berkata, “Engkau adalah Anak Allah” (Mrk 3:12).
Sebagai murid Yesus kita perlu meneladani sikap-Nya. Kita seharusnya berbuat baik didasari oleh sikap tulus dan ikhlas; bukan untuk mencari popularitas semata. Jika kita sudah menolong orang atau berbuat kebaikan dengan ikhlas, dijamin orang akan mengenal kita karena ketulusan kita. Seperti halnya Yesus yang tidak mau populer, tapi sampai sekarang Dia begitu populer. Siapa yang tidak mengenal Yesus hari ini? Semua orang pasti mengenal-Nya.
Nah, hari ini kita diajak untuk berefleksi, apakah perbuatan yang saya lakukan untuk sesama hanya sekedar mencari popularitas diri semata? Ataukah yang saya lakukan untuk sesama sungguh-sungguh berasal dari diri saya yang hadir untuk melakukan kehendak Allah? Selamat bermenung.

[TW]

21 Januari 2015

Peringatan wajib St. Agnes, Perawan dan Martir (M)
Hari keempat Pekan Doa Sedunia

Bacaan I: Ibrani 7:1-3, 15-17
1 Sebab Melkisedek adalah raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi; ia pergi menyongsong Abraham ketika Abraham kembali dari mengalahkan raja-raja, dan memberkati dia.
2 Kepadanya pun Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Menurut arti namanya Melkisedek adalah pertama-tama raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera.
3 Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya.
15 Dan hal itu jauh lebih nyata lagi, jikalau ditetapkan seorang imam lain menurut cara Melkisedek,
16 yang menjadi imam bukan berdasarkan peraturan-peraturan manusia, tetapi berdasarkan hidup yang tidak dapat binasa.
17 Sebab tentang Dia diberi kesaksian: "Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek." 

Injil: Markus 3:1-6
1 Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya.
2 Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia.
3 Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!"
4 Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja.
5 Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.
6 Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.

RENUNGAN
Yesus Menyembuhkan Orang Sakit
Teman-teman pasti tahu tentang orang-orang Farisi, kan? Yups, mereka adalah para petinggi agama yang menjalankan hukum Taurat dengan sungguh-sungguh. Namun perlu kita ketahui bahwa kelakuan orang Farisi tersebut seringkali malah menunjukkan sikap arogan dan menyimpang dari nilai-nilai kebaikan yang Allah tunjukkan. Kita bisa lihat ketika Yesus ingin menyembuhkan orang sakit di Bait Allah. Daripada bersyukur karena Yesus mampu menyembuhkan orang itu, mereka malahan berusaha mencari bukti untuk mempersalahkan Yesus dengan cara mengamati kejadian itu. Apalagi bagi mereka aturan hukum Taurat sangat jelas, yaitu bahwa pada hari Sabat tidak ada aktivitas lain yang boleh dilakukan, kecuali beribadah dan mempersembahkan kurban untuk Allah. Sikap yang ditunjukkan orang Farisi inilah yang justru membuat Yesus bersedih. Bagaimana mungkin hati Yesus tidak sedih melihat umat yang berada di sekitar Bait Allah hanya diam tak melakukan apa-apa melihat penderitaan sesamanya? Bahkan yang lebih parah lagi, mereka mempersalahkan Yesus yang mau menolong orang sakit tadi (lih. Mrk 3:4-5).
Saya tersentuh dengan Injil hari ini karena Yesus ingin memberitahu kita bahwa yang dibutuhkan Allah bukan seberapa besar penyembahan kita pada Tuhan, melainkan seberapa besar perbuatan konkret yang kita lakukan kepada sesama. Percuma kita rajin mengikuti perayaan Ekaristi, membaca Kitab Suci, dan berdoa tiap hari kalau pada akhirnya kita masih saja egois, tidak peduli terhadap orang lain, angkuh, dan sebagainya. Selain itu, Yesus juga mengajar kita agar tidak takut untuk menolong sesama. Kita jangan terlalu tunduk terhadap aturan yang ada. Selama perbuatan itu benar di hadapan Allah, lakukanlah (lih. Mrk 3:4).
So, wujudkan ibadah yang teman-teman telah lakukan selama ini dan janganlah takut menolong sesama dalam segala situasi. Tuhan akan menuntun kita, Amin.
Have a Blessed Wednesday!

[BRNDT]