Jesus Our Yearning!

28 Januari 2015

Peringatan wajib St. Thomas Aquino, Imam dan Pujangga Gereja (P)

Bacaan I: Ibrani 10:11-18
11 Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa.
12 Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, 
13 dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya.
14 Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.
15 Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita,
16 sebab setelah Ia berfirman: "Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu," Ia berfirman pula: "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, 
17 dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka."
18 Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa.

Injil: Markus 4:1-20
1 Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu.
2 Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka:
3 "Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.
4 Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.
6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah.
8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat."
9 Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
10 Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu.
11 Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan,
12 supaya:Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap,sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti,supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun."
13 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain?
14 Penabur itu menaburkan firman.
15 Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka.
16 Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira,
17 tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad.
18 Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu,
19 lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
20 Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat."

RENUNGAN
Thomas Aquino
Guys, pernahkah kalian mendengar lagu himne Tantum Ergo? Kalau kalian pernah mengikuti Misa Jumat Pertama atau Misa Kamis Putih, saya yakin kalian pasti pernah mendengar lagu ini dinyanyikan, terutama pada bagian Adorasi atau Penyembahan kepada Sakramen Mahakudus. Yups, lagu ini memang merupakan suatu himne yang sangat indah dan mengandung makna yang amat dalam. Namun tahukah kalian siapa yang menulis himne ini? Dia tidak lain adalah St. Thomas Aquino yang hari ini kita rayakan peringatannya.
Berikut ini adalah riwayat hidup dari St. Thomas Aquino sebagaimana dikutip dari situs Iman Katolik:
Thomas lahir di Aquino, dekat Monte Cassino, Italia pada tahun 1225. Keluarganya adalah sebuah keluarga bangsawan yang kaya raya. Ayahnya adalah Pangeran Landulph, berasal dari Aquino, sedang ibunya adalah Theodors, adalah putri bangsawan dari Teano.
Ketika berusia 5 tahun, Thomas dikirim kepada para rahib Benediktin di biara Monte Cassino untuk memperoleh pendidikan. Di sana Thomas memperlihatkan suatu kepandaian yang luar biasa. Ia belajar dengan tekun, giat berefleksi serta tertarik pada segala sesuatu tentang Tuhan. Ketika berusia 14 tahun, Abbas Monte Cassino, yang kagum akan kepintaran Thomas mengirimnya ke Universitas Napoli.
Di universitas itu, Thomas berkembang pesat dalam pelajaran filsafat, logika, retorika, musik dan matematika. Ia bahkan jauh lebih pintar dari guru-gurunya pada masa itu. Di Napoli, untuk pertama kalinya ia bertemu dengan karya-karya Aristoteles, sang filsuf dari Yunani, yang sangat mempengaruhi pandangan-pandangannya di kemudian hari.
Thomas yang tetap menjauhi semangat duniawi dan korupsi yang merajalela di Napoli, segera memutuskan untuk menjalani kehidupan membiara. Ia tertarik pada corak hidup dan karya pelayanan para biarawan Ordo Dominikan yang tinggal di sebuah biara dekat kampus  tempat ia belajar. VERITAS (kebenaran) yang menjadi motto bagi para Biarawan Dominikan sangat menarik perhatian Thomas. Namun keluarganya berusaha menghalang-halangi dia agar tidak menjadi seorang biarawan Dominikan. Mereka lebih suka kalau Thomas menjadi seorang biarawan Benediktin di biara Monte Cassino. Untuk itu berkat pengaruh keluarganya, dia diberi kedudukan sebagai Abbas di biara Monte Cassino. Tetapi Thomas dengan gigih menolak hal itu. Agar bisa terhindar dari campur tangan keluarganya, ia pergi ke Paris untuk melanjutkan studi. Tetapi di tengah jalan, ia ditangkap oleh kedua kakaknya dan dipenjarakan di Rocca Secca selama 2 tahun. Selama berada di penjara itu, keluarganya memakai berbagai cara untuk melemahkan ketetapan hatinya. Meskipun demikian, Thomas tetap teguh pada pendirian dan panggilannya.
Di dalam penjara itu, Thomas menceritakan rahasianya kepada seorang sahabat, bahwa ia telah mendapat rahmat istimewa. Ia telah berdoa meminta kemurnian budi dan raga pada Tuhan. Dan Tuhan mengabulkan permohonannya dengan mengutus dua orang malaekat untuk meneguhkan dia dan membantunya agar tidak mengalami cobaan-cobaan yang kotor dan berat.
Selama berada di penjara, Thomas diijinkan membaca buku-buku rohani dan terus menerus mengenakan jubah Ordo Dominikan. Ia menggunakan waktunya untuk mempelajari Kitab Suci, Metafisika Aristoteles dan buku-buku dari Petrus Lombardia. Ia sendiri membimbing saudarinya dalam merenungkan Kitab Suci, hingga akhirnya tertarik juga menjadi biarawati. Akhirnya keluarganya menerima kenyataan bahwa Thomas sama sekali tidak dapat dipengaruhi. Mereka membebaskan Thomas dan membiarkan dia meneruskan panggilannya sebagai seorang biarawan Dominikan.
Untuk sementara Thomas belajar di Paris. Ia kemudian melanjutkan studinya di Cologna, Jerman di bawah bimbingan Santo Albertus Magnus, seorang imam Dominikan yang terkenal pada waktu itu.
Di Cologna, Thomas ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1250. Pada tahun 1252 ia diangkat menjadi Professor Universitas Paris dan tinggal di biara Dominikan Santo Yakobus. Ia mengajar Kitab Suci dan lain-lainnya di bawah bimbingan seorang professor kawakan. Tak seberapa lama Thomas terkenal sebagai seorang pujangga yang tak ada bandingnya pada masa itu. Ia jauh melebihi St. Albertus Magnus, pembimbingnya di Cologna, dalam pemikiran dan kebijaksanaan.
Tulisan-tulisannya menjadi harta Gereja yang tak ternilai hingga saat ini. Taraf kemurnian hatinya tidak kalah dengan ketajaman akal budinya yang mengagumkan; kerendahan hatinya tak kalah dengan kecerdasan budi dan kebijaksanaannya. Oleh karena itu, Thomas diberi gelar Doctor Angelicus, yang berarti Pujangga Malaekat.
Pada tahun 1264, ia ditugaskan oleh Sri Paus Urbanus IV (1261 - 1264) untuk menyusun teks liturgi Misa dan Ofisi pada Pesta Sakramen Mahakudus. Lagu-lagu pujian (himne) ciptaannya, antara lain Sacris Solemniis, Pange Lingua dan Lauda Sion, menunjukkan keahlian Thomas dalam sastra Latin dan Ilmu teologi.
Thomas juga pernah menerima suatu penampakan rohani. Dalam penampakan itu, Tuhan Yesus yang Tersalib mengatakan kepada Thomas demikian: "Engkau telah menulis sangat baik tentang diri-Ku. Balasan apakah yang kau inginkan daripada-Ku?"
Thomas menjawab: "Tidak lain hanyalah diri-Mu, Tuhan".
Thomas meninggal dunia di Fossa Nuova pada tahun 1274, ketika ia tengah di dalam perjalanan untuk menghadiri Konsili Lyon, Prancis.
Ketika saya merenungkan perjalanan hidup St. Thomas Aquino, saya menjadi yakin bahwa hidupnya merupakan gambaran tentang tanah yang baik dan menghasilkan buah berlimpah, sebagaimana telah kita dengar dalam perumpamaan yang di sampaikan oleh Tuhan Yesus hari ini. Sebab tanah yang baik adalah orang yang mendengar serta menyambut firman itu, lalu berbuah. Dan St. Thomas Aquino telah melaksanakan firman Tuhan itu dengan sangat baik.
Maka pertanyaan yang layak kita refleksikan hari ini: Bagaimana dengan diriku sendiri? Termasuk jenis tanah apakah aku ini?
Janganlah kita langsung merasa takut atau cemas, jika diri kita ternyata merupakan tanah yang masih kurang baik. Sebab selalu ada harapan untuk kita, karena Tuhan amat mencintai kita. Oleh sebab itu mari kita berubah; mari kita mendengarkan sabda-Nya dengan sungguh-sungguh, menyambutnya dengan penuh sukacita dan iman, serta melaksanakan-Nya di dalam kasih. Dengan demikian tanpa kita sendiri, diri kita telah berubah menjadi tanah subur dan hidup kita menjadi berkat bagi banyak orang.
The things that we love tell us what we are

[Wsn]