Jesus Our Yearning!

29 Januari 2015

Hari biasa (H)

Bacaan I: Ibrani 10:19-25
19 Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,
20 karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,
21 dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. 
23 Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
24 Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
25 Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Injil: Markus 4:21-25
21 Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian.
22 Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap.
23 Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
24 Lalu Ia berkata lagi: "Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu.
25 Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya."

RENUNGAN
Cahaya dalam kegelapan
Teman-teman yang baik, apa yang muncul di benakmu ketika kamu mendengar ungkapan "mewartakan Injil atau Kabar Gembira kepada semua orang"? Apa yang bisa kamu lakukan untuk mewartakan Injil atau Kabar Gembira itu?
Saya yakin bahwa sebagian besar dari kita sudah tidak asing lagi dengan ungkapan itu, karena begitu sering diulang dalam Kitab Suci, misalnya dalam Injil atau Surat-surat dari Rasul Paulus. Bahkan dalam renungan harian ini pun, ungkapan tadi sering sekali digunakan. Namun masalahnya adalah apakah kita sebagai anak-anak muda mengerti bagaimana cara mewujudkan pewartaan Injil itu? Sebab bisa jadi ungkapan tadi hanya sekedar menjadi ungkapan indah belaka, yang tidak kita ketahui cara menyatakannya dalam hidup kita sehari-hari.
Berdasarkan pengalaman saya, banyak anak muda mengatakan bahwa untuk bisa mewartakan Injil atau Kabar Gembira berarti kita harus berkhotbah, menceritakan tentang Tuhan Yesus kepada teman-teman yang beragama lain, berbuat baik dan sebagainya. Jawaban tadi memang tidak salah. Akan tetapi berapa banyakkah dari kita sanggup melakukannya? Makanya jangan heran bahwa tidak sedikit anak muda menganggap pewartaan Injil tadi sebagai tugasnya para Pastor, Bruder, Suster dan Frater. Dengan kata lain, menurut mereka pewartaan Injil bukanlah tugas anak-anak muda yang saat ini sedang sibuk belajar, kuliah atau mencari pekerjaan. Sebagai akibatnya, mereka pun menjadi cuek, tidak peduli, dan diam saja terhadap tugas pewartaan itu. Namun menurutmu sendiri, apakah anggapan dan sikap mereka tadi tepat bagi kita selaku murid-murid Kristus?
Bacaan Injil hari ini menurut saya sangat menarik, karena menggambarkan apa yang bisa kita lakukan sebagai anak-anak muda untuk menjadi pewarta Injil atau Kabar Gembira yang sesungguhnya. Dalam Injil tadi, Tuhan Yesus berkata: " Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian" (Mrk 4:21) Dari perkataan Tuhan Yesus itu, saya yakin kita bisa belajar bahwa untuk menjadi anak-anak muda pewarta Injil, yang bisa kita lakukan adalah dengan menjadi terang atau cahaya bagi mereka yang masih berada dalam kegelapan. Dan untuk menjadi terang atau cahaya ini, kita tidak perlu melakukan hal-hal besar, melainkan cukup dengan melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar. Sebagai contoh, kita mungkin merasa tidak mampu untuk menolong teman kita yang tengah mengalami masalah atau dukacita. Namun kita tetap bisa menjadi cahaya bagi dia dengan hadir menemaninya serta mendengarkan keluh-kesahnya. Meskipun kita tidak bisa memberikan kata-kata untuk menghibur dan menguatkannya, namun sekurang-kurangnya kehadiran kita bisa menjadi tanda bahwa Allah mengasihinya dan tidak pernah meninggalkannya sendirian. Kita mungkin tidak bisa menolong seorang pengemis atau anak jalanan, karena tidak ada uang yang tersisa di dalam saku kita. Namun kita masih tetap mampu menjadi cahaya bagi dia lewat sapaan serta sikap kita yang penuh persahabatan kepadanya.
Dan akhirnya, ada satu cahaya yang tidak pernah boleh pudar dari diri kita adalah cahaya sukacita atau kegembiraan. Kita mungkin tidak pernah menyadari seberapa dahsyatnya kekuatan kegembiraan ini. Namun sebagaimana dikatakan oleh Paus Fransiskus bahwa menjadi pewarta Injil berarti menjadi orang yang selalu bergembira. Sebab bagaimana mungkin kita bisa membuat orang lain tertarik untuk mengenal Tuhan Yesus, kalau kita yang mengaku diri sebagai pengikut-Nya selalu saja berwajah muram, dilanda galau, serta sulit tersenyum dan tertawa? Maka marilah kita mulai tersenyum dan tertawa. Mari kita tunjukkanlah kegembiraan kita sebanyak-banyaknya, agar orang lain pun turut bergembira dan memuji Allah Bapa di surga.
Semoga kita selalu bercahaya!

[Wsn]