Jesus Our Yearning!

7 Januari 2015

Hari biasa sesudah Penampakan Tuhan (P)

Bacaan I: 1 Yohanes 4:11-18 
11 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.
12 Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.
13 Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya.
14 Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.
15 Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah.
16 Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
17 Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.
18 Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.

Injil: Markus 6:45-52 
45 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.
46 Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa.
47 Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat.
48 Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka.
49 Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak,
50 sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"
51 Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung,
52 sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil.

RENUNGAN
Guys, ketika saya merenungkan bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini, hal pertama yang terlintas dalam benakku adalah berbagai tantangan serta kesulitan yang pernah melanda hidupku selama ini. Sebagai seorang frater, calon imam Gereja Katolik, saya pun tidak pernah terlepas dari masalah, entah itu hubungan dengan keluarga, sesama teman di biara, pembesar, lawan jenis, maupun dengan orang-orang yang saya layani. Sebagian masalah hanya kecil bobotnya, sehingga dapat segera diatasi, meski tetap butuh perjuangan. Akan tetapi sebagian lainnya cukup berat, sehingga menyebabkan saya menjadi lemah, ragu, dan putus asa dalam menjalani hidup. Tidak jarang pada saat itu, saya mulai tidak percaya bahwa Tuhan memanggil saya untuk menjadi pelayan-Nya. Apalagi jika mengingat kembali kekurangan serta kelemahan yang ada di dalam diriku. Maka pertanyaan yang sering terlontar di tengah masa-masa sulit itu adalah: "Di mana Engkau, Tuhan, ketika aku sedang dalam masalah? Mengapa Ia tidak segera datang untuk menolongku? Jangan-jangan sesungguhnya Tuhan itu tidak ada."
Namun ketika merefleksikan kembali pengalaman masa lalu itu, saya baru menyadari bahwa apa yang saya alami sebenarnya punya makna yang kurang lebih sama seperti yang dialami oleh para rasul dalam Injil hari ini. Dikatakan bahwa ketika angin sakal bertiup di danau dan mengombang-ambingkan kapal mereka, para rasul menjadi amat ketakutan. Akibat ketakutan itu, mereka menjadi ragu akan segala sesuatu, sehingga menyangka bahwa Tuhan Yesus yang berjalan di atas air adalah sesosok hantu. Yups, memang benar, ketika pikiran dan hati kita betul-betul terfokus pada masalah, bahaya atau kesulitan yang sedang dialami, maka biasanya kita sulit untuk menyadari bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Padahal Dia senantiasa berada di dekat kita, siap sedia untuk mengulurkan tangan-Nya untuk meredakan badai kehidupan itu. Yang penting kita tetap tenang dan percaya kepada pertolongan-Nya, maka mukjizat pasti akan terjadi.
Teman-teman yang baik, saya pun menyadari bahwa saya bisa bertahan sampai detik ini semata-mata karena Tuhan yang menolongku. Secara pribadi, kasih Tuhan itu sungguh saya rasakan lewat perhatian orang-orang di sekitarku, kata-kata teguran dan nasehat, serta aneka pengalaman lainnya yang mengajarkan satu keyakinan pasti, bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.
Guys, semoga sharing ini boleh menjadi berkat dan inspirasi untukmu. Sehingga ketika hidupmu dilanda masalah atau kesulitan, kamu selalu ingat akan kata-kata Tuhan Yesus yang mau menolong kita: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"

[Wsn]