Jesus Our Yearning!

2 Januari 2015

Peringatan Wajib St. Basilius Agung dan Gregorius dari Nazianze (P)

Bacaan I: 1 Yohanes 2:22-28
22 Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak.
23 Sebab barangsiapa menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa. Barangsiapa mengaku Anak, ia juga memiliki Bapa.
24 Dan kamu, apa yang telah kamu dengar dari mulanya, itu harus tetap tinggal di dalam kamu. Jika apa yang telah kamu dengar dari mulanya itu tetap tinggal di dalam kamu, maka kamu akan tetap tinggal di dalam Anak dan di dalam Bapa.
25 Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal.
26 Semua itu kutulis kepadamu, yaitu mengenai orang-orang yang berusaha menyesatkan kamu.
27 Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu — dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta — dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.
28 Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.

Injil: Yohanes 1:19-28
19 Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: "Siapakah engkau?"
20 Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: "Aku bukan Mesias."
21 Lalu mereka bertanya kepadanya: "Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?" Dan ia menjawab: "Bukan!" "Engkaukah nabi yang akan datang?" Dan ia menjawab: "Bukan!"
22 Maka kata mereka kepadanya: "Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?"
23 Jawabnya: "Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya."
24 Dan di antara orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang Farisi.
25 Mereka bertanya kepadanya, katanya: "Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?"
26 Yohanes menjawab mereka, katanya: "Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal,
27 yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak."
28 Hal itu terjadi di Betania yang di seberang sungai Yordan, di mana Yohanes membaptis.

RENUNGAN
Gerombolan alay
Hai guys, apakah kalian mengenal istilah "alay"? Saya yakin, kalian pasti sudah akrab dengan istilah ini. Ya kan?
Menurut Wikipedia, "alay" adalah sebuah istilah yang merujuk pada sebuah fenomena perilaku remaja di Indonesia. "Alay" merupakan singkatan dari "anak layangan" atau "anak lebay". Istilah ini merupakan stereotipe yang menggambarkan gaya hidup norak atau kampungan. Selain itu, alay merujuk pada gaya yang dianggap berlebihan (lebay) dan selalu berusaha menarik perhatian. Seseorang yang dikategorikan alay umumnya memiliki perilaku unik dalam hal bahasa dan gaya hidup. Dalam gaya bahasa, terutama bahasa tulis, alay merujuk pada kesenangan remaja menggabungkan huruf besar-huruf kecil, menggabungkan huruf dengan angka dan simbol, atau menyingkat secara berlebihan. Dalam gaya bicara, mereka berbicara dengan intonasi dan gaya yang berlebihan. Sedangkan dalam hal gaya hidup, mereka umumnya sering menilai pengalaman hidup yang mereka alami secara berlebihan serta gemar sekali membagikannya di medsos. Contoh paling nyata, yaitu aneka status galau yang bertebaran di jejaring sosial Facebook dan Twitter.
Satu hal yang pasti, fenomena alay menunjukkan adanya kecenderungan yang mungkin kurang disadari dalam diri banyak anak muda, yaitu mereka ingin menjadi pusat perhatian, sekaligus mencari penghormatan bagi diri sendiri. Di samping itu, alasan lain berperilaku alay adalah untuk menarik perhatian lawan jenis. Ayo mengaku saja, apakah kamu termasuk salah satunya yang biasa berperilaku alay?
Dalam batas yang wajar, kecenderungan ini biasanya masih dapat dimaklumi oleh orang lain. Namun jika sudah berlebihan, kecenderungan ini bisa jadi terasa mengganggu dan menjengkelkan bagi orang lain. So, mari pikirkan kembali gaya dan perilakumu selama ini!
Injil hari ini yang bercerita tentang Yohanes Pembaptis seolah menampilkan sesuatu yang berkebalikan dengan fenomena alay tadi. Ketika ditanyai mengenai identitasnya, Yohanes menjawab tanpa berdusta bahwa ia hanyalah utusan yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Yang menarik dari cerita ini, yaitu meskipun Yohanes memiliki banyak murid dan pengikut pada saat itu, namun tidak sedikit pun ia ingin menonjolkan diri sebagai orang penting atau mengaku diri sebagai Mesias. Sebab ia sungguh sadar siapa dirinya dan apa yang menjadi tugasnya. Di sinilah kita bisa belajar untuk menjadi rendah hati seperti Yohanes Pembaptis; mengutamakan Tuhan, lebih daripada diri kita sendiri. Mudah-mudahan kelak kita bisa berkata seperti Yohanes Pembaptis, "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil" (Yoh 3:30)

[Wsn]