Jesus Our Yearning!

10 Januari 2015

Hari Biasa sesudah Penampakan Tuhan (P)

Bacaan I: 1 Yohanes 5:14-2114 Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.
15 Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya.
16 Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa.
17 Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut.
18 Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya.
19 Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.
20 Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.
21 Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala.

Injil: Yohanes 3:22-30 22 Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis.
23 Akan tetapi Yohanes pun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis,
24 sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara. 
25 Maka timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian.
26 Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: "Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya."
27 Jawab Yohanes: "Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga.
28 Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya.
29 Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh.
30 Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.

RENUNGAN
Keep praying
Hai guys, apakah kamu setia berdoa secara teratur setiap hari? Ataukah hidup doamu berantakan, sehingga doa dilakukan hanya kalau lagi ingat atau sedang ingin? Syukur kepada Allah, jika kamu sanggup dengan setia berdoa setiap hari secara teratur.
Sebab bagi banyak orang, doa itu seringkali dianggap sebagai tanda ketidakmampuan atau kemalasan kita sebagai manusia. Makanya jangan heran bahwa ada ungkapan yang cukup populer di tengah masyarakat kita: "Doa itu memang penting, tapi usaha itu juga tidak kalah pentingnya." Ungkapan itu biasanya dilontarkan untuk menyindir orang-orang yang nampaknya hanya berdoa terus-menerus, namun tidak mau berusaha.
Di satu sisi, saya setuju dengan ungkapan di atas bahwa selain berdoa, kita juga perlu berusaha mewujudkan apa yang kita doakan. Tapi di pihak lain, saya tidak setuju jika orang menganggap doa itu sebagai nomor dua, sesuatu yang nilainya lebih rendah daripada usaha. Doa sama sekali bukanlah tanda bahwa manusia itu lemah, penakut dan pemalas, sehingga ia lebih suka meminta kepada Tuhan ketimbang berusaha sendiri. Bahkan rasul Yohanes dalam Bacaan I dengan tegas berkata, "Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya" (1Yoh 5:14). Dari perkataan ini, kita bisa memahami bahwa hanya orang-orang pemberanilah yang sanggup untuk berdoa; hanya mereka yang punya iman di hati, yang berani memohon kepada Allah sesuai dengan kehendak-Nya. Kita berani berdoa karena kita percaya bahwa dalam situasi sesulit apapun, Allah pasti akan mengabulkan doa kita, jika hal itu sesuai dengan kehendak-Nya.
Saya sendiri punya sebuah pengalaman tentang keberanian dalam berdoa, yang ingin saya sharing-kan kepada teman-teman dalam renungan hari ini. Tahun akademik 2009-2010 merupakan masa yang amat sulit untuk saya, sebagai seorang frater, calon imam Gereja Katolik. Kesulitan itu muncul akibat satu hal: proses penulisan skripsiku bermasalah. Ada banyak faktor yang membuat penulisan skripsiku macet. Namun yang jelas, saya kemudian terpaksa membuang waktu selama satu semester, tidak dapat mengerjakan skripsiku sama sekali. Padahal aturan di biara kami sangat tegas, yaitu setiap frater yang gagal dalam ujian skripsi dan harus memperbaiki serta mengulangi ujian lagi, maka dia secara otomatis dikeluarkan dari biara. Dengan kata lain, dia tidak dapat melanjutkan panggilannya untuk menjadi imam.
Yups, kalian pasti langsung paham dengan situasi genting yang saya hadapi dahulu. Saat itu panggilanku sungguh-sungguh terancam. Bahkan saya sudah memberitahu ayah-ibuku untuk mempersiapkan diri, jika saya memperoleh hasil terburuk. Akan tetapi di saat semua kesempatan nampak tertutup bagiku, saya merasa disadarkan bahwa saya harus berdoa, berpasrah dan percaya kepada kehendak Allah yang kudus bagi hidupku. Maka saya pun berdoa dengan tekun, sambil meminta doa pula dari orang-orang di sekitarku. Dan Allah memang menganugerahkan harapan dan keberanian kepadaku, bahwa meskipun saat itu saya hanya bisa memandang kesibukan teman-temanku bergulat dengan skripsi mereka masing-masing, tanpa dapat berbuat apa-apa dengan skripsiku yang bermasalah, namun kelak skripsiku pun akan selesai bersama-sama dengan mereka. Pada kenyataannya, bagiku secara pribadi, mukjizat memang terjadi. Di awal semester berikutnya, dosen pembimbingku memberikan lampu hijau agar saya melanjutkan penulisan skripsiku. Walaupun saya harus ngebut untuk menyelesaikannya, pada titik akhir saya bergembira karena skripsiku dapat selesai tepat waktu, dan bahkan memperoleh hasil yang amat memuaskan bagiku. 
Guys, bertolak dari pengalaman itu, saya kini sungguh-sungguh percaya bahwa ketika semua kesempatan dan usaha seolah tidak menghasilkan apa-apa bagimu, maka doa adalah upaya yang paling aman dan bermanfaat. Doa bukanlah tanda bahwa kamu lemah, penakut dan pemalas. Sebaliknya, doa justru menunjukkan bahwa kamu adalah seorang yang kuat dan pemberani, sebab kamu berani percaya kepada kehendak Allah serta siap sedia menerima apapun keputusan-Nya.
So, be brave, be strong and keep praying, guys!

[Wsn]