Jesus Our Yearning!

26 Agustus 2015

Hari biasa (H)

Bacaan I: 1Tes 2:9-13
9 Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu.
10 Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya.
11 Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang,
12 dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.
13 Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi -- dan memang sungguh-sungguh demikian -- sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya.

Mazmur 139:7-8.9-10.11-12ab | R: 1a 

R TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku

* 7 Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? 8 Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau.

* 9 Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, 10 juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.

* 11 Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," 12ab maka kegelapan pun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang.

Injil: Mat 23:27-32
27 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.
28 Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.
29 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh
30 dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu.
31 Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu.
32 Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu!

Renungan
Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu.
Matius 23:31
Syalom, Joyers! Pada bacaan injil hari ini, Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mengapa? karena mereka tidak menyelaraskan perkataan dengan perbuatan. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Apa yang diperbuat oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi semata-mata untuk dilihat orang. Mereka 'haus' akan penghormatan. Oleh karena itu, Yesus meminta kita untuk menuruti apa yang mereka katakan, bukan apa yang mereka lakukan.
Hari ini, saya ingin mengajak Joyers untuk merenung, bagaimanakah sikap kita selama ini? Apakah kelakukan ahli-ahli Tauran dan orang-orang Farisi tersebut masih bertunas dalam diri kita? Sudahkah kita berusaha melepas kelakukan itu? Atau malah sebaliknya, kita memelihara kebiasaan-kebiasaan buruk seperti yang dilakukan orang Farisi hingga bermekaran dalam hidup kita?
Kebiasaan yang saya maksud adalah kebiasaan menjadi orang yang munafik. Contoh kecilnya adalah, sebagai siswa kita tahu bahwa membuang sampah sembarangan adalah perlakukan yang tidak benar. Bahkan dengan lantang saat presentasi di sekolah, kita menyampaikan, "Jagalah kebersihan! Jangan membuang sampah sembarangan!" Tapi apa yang kita sampaikan itu benar-benar kita laksanakan? Jika kita masih membuang tisu atau bungkus snack sembunyi-sembunyi di jalan tol, di atas angkot, maupun di pinggir jalan, maka itu berarti kita masih munafik untuk hal-hal kecil.
Kebiasan tidak baik lainnya adalah kebiasaan 'cuci tangan'. Yang saya maksud bukanlah cuci tangan yang diartikan secara harafiah, melainkan 'Cuci Tangan' yang berarti melakukan kesalahan tanpa ingin dipersalahkan. Kebiasaan tidak bertanggungjawab. Ibaratnya kita mengotori lantai rumah dengan lumpur sehingga membuat orang serumah marah, tetapi kita malah berpura-pura tidak mengetahui kejadiaan tersebut. Sebelum dituduh, kita mencuci tangan kita hingga bersih sehingga penghuni rumah tidak memiliki bukti. Lebih buruknya, kita malah menuduh adik kita pelakunya. Inilah kebiasaan 'Cuci Tangan'.
Pada bacaan injil hari ini juga sempat diungkit bagaimana ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi melakukan politik 'Cuci Tangan'. Mereka membangun makam nabi dan memperindah tugu orang saleh dan berkata, "Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu." Padahal, dengan berkata demikian, mereka mengakui bahwa mereka adalah keturunan pembunuh nabi-nabi.
Semoga Bapa di Sorga selalu menyucikan hati kita dan senantiasa membantu kita agar perkataan dan perbuatan kita selaras dan sesuai dengan kehendak-Nya.
Amin
(LJB)